Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan di tengah kondisi global yang penuh dengan ketidakpastian, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terkendali.
Hal itu tidak terlepas dari sejalannya kebijakan antara Bank Indonesia (BI) dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
“Yang saya lihat dalam keseharian antara bank sentral kita BI dan Kemenkeu berjalan beriringan, rukun, tidak saling tumpang tindih. Ini yang saya lihat komunikasi baik sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-bersama,” kata Jokowi dalam acara Investor Daily Summit 2022, di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa, (11/10/2022).
Baca juga: CEO JPMorgan Peringatkan Resesi Global Akan Tiba Pertengahan Tahun 2023
Selain itu, kata Presiden, pemerintah memberikan subsidi dan mengeluarkan bantuan bosial bagi masyarakat yang jumlahnya mencapai Rp 502,6 triliun untuk menjaga daya beli masyarakat.
Menurut Presiden, keberhasilan dalam mengendalikan perekonomian salah satunya laju inflasi karena pemerintah tidak hanya bekerja dalam tataran makro saja.
Pemerintah juga bekerja pada tataran mikro ekonomi.
Presiden mencontohkan dalam pengendalian inflasi yang tidak cukup dengan menaikkan suku bunga oleh Bank Indonesia saja, tetapi juga dengan mengintervensi kenaikan barang dan jasa.
Presiden memberikan kewenangan bagi daerah untuk menggunakan dana transfer umum sebesar 2 persen dan dana belanja tidak terduga untuk digunakan mengatasi inflasi.
“Caranya. Misalnya ada kenaikan bawang merah di provinsi Lampung misalnya, sumber bawang merah di mana? Brebes, karena harga bawang di Lampung naik, Pemda bisa beli langsung di Brebes atau tutup ongkos transportasi ke Brebes, dibiayai APBN, kita hitung-hitung biayanya murah berapa sih ongkos Brebes ke Lampung? Satu truk Rp 3,5 juta, APBD bermiliar-miliar kan tidak mungkin setiap hari beli bawang merah, hal-hal kecil ini kita urus,” katanya.
Cara-cara tersebut, kata Presiden, tidak digunakan oleh negara lain karena hanya melakukan pengendalian inflasi dengan makro saja melakui bank sentral.
Cara yang dilakukan pemerintah tersebut membuahkan hasil dengan berkurangnya inflasi dari perkiraan awal akibat kenaikan harga BBM.
“Itu kenapa perkiraan kenaikan inflasi karena penyesuaian BBM kemarin dihitung 6,8 persen jadi jatuhnya 5,9 persen karena Pemda-pemda sudah bergerak ke sana saya cek-cek ke sana secara sampling sudah mulai bergerak,” pungkasnya.