Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.357 pada Selasa sore (11/10/2022).
Sebelumnya pada Senin (10/10/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.319.
Jika diamati dengan seksama, mata uang Garuda terpantau kembali mengalami tren pelemahan.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, pelemahan rupiah dikarenakan pasar masih menyoroti sejumlah faktor eksternal dan internal.
Untuk faktor eksternal, indeks dolar naik pada hari Selasa dengan investor khawatir tentang kenaikan suku bunga dan eskalasi dalam perang Ukraina, sementara imbal hasil Treasury melonjak karena keruntuhan yang mengerikan di pasar obligasi Inggris memantul di sekitar pasar obligasi global.
Baca juga: Siang Ini, Rupiah Bergerak Melemah Dekati Level Rp15.400 per Dolar AS
"Imbal hasil Treasury melonjak ketika perdagangan dilanjutkan setelah liburan AS Senin, dengan imbal hasil 30-tahun naik 11 basis poin ke level tertinggi hampir sembilan tahun di 3,95 persen," ucap Ibrahim dalam keterangan tertulis kepada Tribunnews, (11/10/2022).
Ia melanjutkan, suku bunga yang semakin tinggi dan kegelisahan menjelang rilis data inflasi AS Kamis dapat membuka kemungkinan Federal Reserve untuk kenaikan besar suku bunga pada November.
Sementara untuk faktor internal, perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju, kenaikan suku bunga, risiko iklim dan berlanjutnya harga pangan dan energi yang tinggi sangat memukul negara-negara berkembang, termasuk Indonesia yang bisa saja akan terkena imbasnya.
Walaupun saat ini Produk Domestik Bruto (PDB) 2022 masih relatif bagus namun bisa saja PDB di tahun 2023 akan melambat.
Dengan adanya faktor tersebut, Ibrahim mengatakan, mata uang rupiah kemungkinan berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.350 hingga Rp15.400.
Soal Kemungkinan Melemah ke Level Rp16.000
Ibrahim mengatakan, kemungkinan rupiah dapat melemah ke level Rp16.000 sangatlah kecil.
Menurutnya, Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak akan membiarkan mata uang Garuda terdepresiasi terlalu dalam.
Baca juga: Rupiah Terus Melemah Terhadap Dolar AS, Senin Sore Tembus ke Level Rp 15.319
Sejumlah kebijakan dan strategi ekonomi pastinya akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan stabilitas nilai tukar mata uang.
"Angka Rp16.000 itu paling tinggi dan paling besar. Namun kemungkinannya kecil untuk tercapai. Karena apa? Pemerintah dan Bank Indonesia tidak akan begitu saja tinggal diam dan akan melakukan intervensi," papar Ibrahim.
"Buktinya di pekan lalu, rupiah kembali mengalami penguatan. Artinya kebijakan strategi ekonomi yang diterapkan Pemerintah dan Bank Indonesia bisa menahan laju pelemahan mata uang rupiah," pungkasnya.