Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman resesi ekonomi akibat tingginya inflasi yang terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia bikin masyarakat harus mengambil langkah bijak dalam mengelola keuangan.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kebutuhan primer harus diutamakan lebih dulu saat inflasi mengancam.
"Kemudian masyarakat harus apa? Pertama, harus lebih memprioritaskan kebutuhan pokok dibandingkan barang sekunder dan tersier. Jadi, kalau belanja harus dicermati lagi sesuai dengan kebutuhan, jangan sampai melakukan pemborosan yang tidak perlu di tengah ancaman inflasi," ujarnya kepada Tribunnews.com, ditulis Minggu (16/10/2022).
Baca juga: Kondisi Ekonomi Indonesia Dinilai Masih Bisa Bertahan Hadapi Ancaman Resesi Global
Kedua, masyarakat harus memiliki dana darurat yang disisihkan dari pendapatan setiap bulan di rekening terpisah, agar beban inflasi tidak semakin memberatkan.
"Tujuan dari dana darurat ketika inflasi semakin tinggi, sedangkan pendapatan masyarakat itu tertekan. Masih ada simpanan ekstra yang bisa digunakan untuk bertahan hidup," kata Bhima.
Berikutnya lagi adalah harus mencari pendapatan dari pekerjaan sampingan, karena tidak bisa hanya berharap dari pendapatan utama terutama gaji.
"Karena perusahaan mungkin akan melakukan berbagai langkah efisiensi," tutur dia.
Lebih lanjut, Bhima menambahkan,, kalau ada tambahan simpanan yang menganggur sebaiknya disimpan di instrumen investasi.
"Jadi, mulai belajar melakukan investasi secara ritel, apakah membeli surat utang pemerintah, reksa dana, saham maupun juga yang paling konservatif misalnya mengalihkan kepada deposito perbankan. Hal ini untuk menjaga agar aset tidak tergerus oleh inflasi," pungkasnya.