News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dua Orang Terkaya di Dunia Kompak Peringatkan soal Resesi Global

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEO Amazon Jeff Bezos. Jeff Bezos mengungkapkan pendapatnya mengenai keadaan ekonomi saat ini. Dalam tweet yang diposting pada Rabu (19/10/2022), Bezos menilai ada masa-masa sulit yang akan terjadi di masa depan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Elon Musk dan Jeff Bezos, dua orang terkaya di dunia, memberikan pandangannya mengenai kemungkinan terjadinya resesi.

Dikutip dari CNN Business, awal pekan ini pendiri Amazon, Jeff Bezos mengungkapkan pendapatnya mengenai keadaan ekonomi saat ini. Dalam tweet yang diposting pada Rabu (19/10/2022), Bezos menilai ada masa-masa sulit yang akan terjadi di masa depan.

Sementara Musk sedikit lebih optimis, ketika dia berusaha meredakan kekhawatiran Wall Street mengenai prospek pertumbuhan perusahaan otomotif miliknya, Tesla.

Baca juga: Elon Musk Sebut Resesi Bakal Berlangsung Hingga 2024, Bebani Permintaan Mobil Listrik

Dalam panggilan konferensi dengan analis pada Rabu malam, bos Tesla memberikan nada percaya diri dengan mengatakan Tesla memiliki permintaan yang "sangat baik" untuk kuartal berikutnya dan pabriknya berjalan dengan kecepatan penuh.

Namun dia mengakui permintaan "sedikit lebih sulit" didapat, dan mencatat bahwa Eropa dan China sedang mengalami "semacam resesi."

Saham Tesla turun 7 persen pada awal perdagangan Kamis (20/10/2022), meskipun produsen EV ini melaporkan laba di kuartal ketiga tahun ini yang mendekati rekor. Analis dan investor semakin khawatir dengan kemampuan Tesla untuk mempertahankan pertumbuhannya dan menghadapi masalah logistik serta kenaikan inflasi.

Baca juga: Sejumlah Langkah Kementerian Perdagangan Genjot Perdagangan di Tengah Ancaman Resesi

Komentar Musk dan Bezos menambah seruan dari tokoh-tokoh publik lainnya bahwa kondisi ekonomi akan memburuk.

Awal bulan ini kepala raksasa keuangan JPMorgan Chase, Jamie Dimon menakuti seluruh pasar saham dengan mengatakan resesi bisa melanda Amerika Serikat (AS) hanya dalam enam hingga sembilan bulan.

Bahkan selebritas Gwyneth Paltrow ikut mengungkapkan keresahannya mengenai kemungkinan terjadinya resesi.

"Ekonomi menyebalkan. Saya hanya khawatir tentang tahun depan dan seberapa buruk resesi yang akan terjadi," kata pemeran Pepper Pots dalam film Iron Man kepada Hollywood Reporter minggu ini.

Sementara itu pada bulan lalu, rapper Cardi B memberikan keluh kesahnya mengenai inflasi dan suku bunga.

“Bagaimana orang-orang bertahan? Saya ingin tahu," ungkapnya.

Peluang resesi global capai 98 persen

Kekhawatiran mengenai ketidakpastian ekonomi merupakan hal yang masuk akal, mengingat para peneliti baru-baru ini menunjukkan kemungkinan resesi global mencapai 98,1 persen, menurut model probabilitas yang dijalankan peneliti keuangan Ned Davis Research.

Perusahaan riset investasi berbasis data ini mengungkapkan, model resesi setinggi ini pernah terjadi sebelumnya yaitu selama kemerosotan ekonomi yang parah, terakhir pada 2020 dan selama krisis keuangan global 2008 dan 2009.

"Ini menunjukkan bahwa risiko resesi global yang parah meningkat untuk beberapa waktu di 2023," tulis ekonom di Ned Davis Research, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada akhir September.

Ketika bank sentral meningkatkan upaya mereka untuk mengendalikan inflasi, para ekonom dan investor semakin murung.

Tujuh dari 10 ekonom mempertimbangkan resesi global setidaknya "agak mungkin", menurut laporan dari World Economic Forum. Para ekonom memutar kembali perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi dan mengharapkan upah yang disesuaikan dengan inflasi dapat berjalan terus sepanjang sisa tahun ini.

Mengingat melonjaknya harga pangan dan energi, ada kekhawatiran biaya hidup yang tinggi dapat menimbulkan kerusuhan.

Sekitar 79 persen ekonom yang disurvei World Economic Forum memperkirakan kenaikan harga akan memicu kerusuhan sosial di negara-negara berpenghasilan rendah dan 20 persen kemungkinan akan terjadi kerusuhan di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini