Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sebuah laporan baru dari Credit Suisse Research Institute (CSRI) menyoroti perbedaan antara laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia dibandingkan dengan penurunan tingkat kesuburan mereka.
Kepala Riset Sekuritas Asia Pasifik di Credit Suisse Erica Poon Werkun mengatakan, CSRI melakukan survei eksklusif terhadap 6.000 orang di enam negara terpadat di Asia.
"Survei ini secara unik mengeksplorasi dampak demografi pada faktor sisi penawaran seperti tenaga kerja dan tabungan, serta preferensi sosial yang mendorong pilihan demografis dan pekerjaan," ujarnya dalam sesi webinar, Jumat (4/11/2022).
Baca juga: Ditopang Penyaluran Kredit, Bank Mandiri Kantongi Keuntungan Rp30,7 triliun pada Kuartal III 2022
Tim peneliti menggabungkan survei ini dengan penelitian sekunder yang komprehensif, untuk menjawab beberapa pertanyaan kunci bagi ekonomi global karena populasi yang menua di Asia pasokan tenaga kerja, dan pasokan modal.
Dalam sepuluh tahun hingga 2019, ekonomi sepuluh negara di Asia yakni Cina, India, Indonesia, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan merupakan 50 persen dari PDB global tambahan.
Kemudian, juga merupakan 60 persen dari ekspor barang tambahan, dan memasok modal 5 triliun dolar Amerika Serikat (AS) ke seluruh dunia.
"Demografi berubah lebih cepat, perekonomian sepuluh negara itu telah tumbuh dua hingga tiga kali lebih cepat daripada laju pertumbuhan Uni Eropa dan AS pada tingkat pendapatan yang sama. Tetapi, penurunan tingkat kesuburan mereka lima hingga tujuh kali lebih cepat," kata Erica.
Dia menambahkan, sebagian besar dari sepuluh negara tersebut sudah mencapai tingkat kesuburan yang rendah pada tingkat pendapatan per kapita jauh lebih rendah daripada di Uni Eropa dan AS.
"Mereka juga menua lebih cepat, sedangkan usia rata-rata di Uni Eropa dan AS naik dari 30 menjadi 40 tahun selama setengah abad. Ini terjadi hanya dalam 17 tahun di Korea Selatan dan 22 hingga 24 tahun di Jepang, Cina, dan Thailand," pungkasnya.