TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO), anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) di sektor kesehatan, berupaya meningkatkan kinerjanya yang juga diharapkan dapat mendorong pengembangan industri kesehatan di Indonesia.
Untuk itu, SILO fokus kepada empat pilar strategi.
Pertama, pertumbuhan inti yakni fokus pada bisnis melalui kemitraan, efisiensi dan efektifitas operasional, serta mengembangkan inovasi dan akses pasien.
Baca juga: Konsensus Analis Prediksi Pendapatan SILO Tumbuh Positif Tahun Ini
Kedua, program klinis yaitu mengembangkan klinik perawatan yang lengkap dan holistik untuk pengobatan pasien.
Ketiga, perluasan jaringan yakni memaksimalkan pemanfaatan rawat inap yang ada dan selektif membangun rumah sakit baru.
Keempat, kesehatan digital yang bermakna SILO aktif mengembangkan platform digital untuk meningkatkan pengalaman dan interaksi pasien.
Pada giliran berikutnya, empat pilar strategi pertumbuhan tersebut mendorong terbentuknya inisiatif pertumbuhan pendapatan dan inisiatif manajemen biaya.
Dalam inisiatif pertumbuhan pendapatan, SILO menetapkan paket harga yang seragam di berbagai rumah sakit.
Seperti diketahui, SILO saat ini mengoperasikan 41 rumah sakit yang terdiri dari 15 rumah sakit di kawasan Jabodetabek dan 26 rumah sakit yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Ambon.
Baca juga: HMSP Dorong Sektor Agrikultur Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi
SILO juga mengoperasikan 66 Klinik Siloam. Di samping itu, untuk meningkatkan pendapatan, SILO juga melakukan otomatisasi tim penjualan dan proses dalam pelayanan pasien.
Per Kuartal III/2022, Siloam Digital Channels berkontribusi melayani 18 persen dari keseluruhan jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Siloam.
SILO juga berkomitmen mengoptimalkan efisiensi penyelenggaraan pelayanan BPJS Kesehatan serta memaksimalkan pemanfaatan dan meningkatkan pengembalian investasi peralatan dan mengoptimalkan penggunaan ruang di rumah sakit.
Sedangkan dalam inisiatif manajemen biaya, SILO melakukan konsolidasi supplier, mengoptimasi efektifitas pengeluaran operasional (opex) dan merampingkan proses peninjauan dan persetujuan investasi capex, serta meningkatkan pengelolaan dan perencanaan kebutuhan inventaris.
Seperti diketahui, per Kuartal III/2022, SILO membukukan pendapatan sebesar Rp 5,4 triliun, dengan EBITDA Rp1,4 triliun dan laba bersih Rp457 miliar.
SILO juga mencatat jumlah Inpatient Days dan Jumlah Pasien Rawat Jalan tertinggi pada Kuartal III/2022, dibandingkan dengan 10 kuartal sebelumnya.
Inpatient Days pada 9M2022 meningkat 8,3% menjadi 587.617 hari dibandingkan dengan 542.772 hari pada 9M2021.
Pada 9M2022, SILO telah melayani lebih dari 2,2 juta pasien rawat jalan, meningkat 32,2% dibandingkan dengan 9M2021.
Baca juga: Jokowi Ajak PM Australia Bangun Industri Baterai Mobil Listrik di Indonesia
Kinerja SILO ini tentu saja berimbas positif terhadap induk usahanya LPKR yang merupakan pemegang saham utama dengan kepemilikan 58,05 persen.
Group CEO LPKR sekaligus Komisaris Utama SILO John Riady mengatakan LPKR melalui SILO berkomitmen untuk terus mengembangkan industri kesehatan di Indonesia.
"Industri kesehatan merupakan salah satu industri atau sektor yang penting dan perlu dikembangkan di Indonesia.
Terlebih lagi, perekonomian diperkirakan semakin bertumbuh dan kebutuhan akan fasilitas kesehatan semakin tinggi. LPKR melalui SILO akan terus melanjutkan ekspansi. Kami memiliki misi untuk memenuhi kebutuhan healthcare di Indonesia, dan tentunya berkomitmen untuk terus bertumbuh," tegas John.