Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) meminta investor agar mewaspadai ancaman resesi global pada 2023.
CEO & Presiden Direktur MAMI Afifa menyarankan investor tetap berada di market. "Dari sisi MAMI atau manajer investasi, kami menyarankan tetap berada di market. Tentunya melalui diverisifikasi," katanya di sela acara penanaman mangrove dalam rangka Hari Pohon Sedunia di Pantai Labuan, Pandeglang, Banten, Senin (21/11/2022).
Afifa mengatakan berinvestasi perlu dilakukan secara berkelanjutan alias tidak hanya berinvestasi dalam jangka waktu setahun atau dua tahun.
"Resesi itu akan selesai mungkin 2-3 tahun ke depan. Artinya, investasi jangka panjang mestinya dimanfaatkan di momen seperti ini," ujar Afifa.
Menurut dia, kondisi resesi perlu dimanfaatkan sebagai kesempatan berinvestasi terutama bagi investor yang memilki kemampuan membeli pada saat harga terkoreksi.
"Strateginya adalah bagaimana kita bisa membuat diversifikasi yang baik terkait asset class maupun strategi portofolionya," katanya.
Dikutip dari Investopedia.com, resesi global merupakan penurunan ekonomi yang berkepanjangan di seluruh dunia.
Baca juga: Satgas Waspada Investasi Berantas 4.000 Lebih Pelaku Investasi Bodong
Resesi global ini bisa disebabkan oleh hubungan perdagangan dan sistem keuangan Internasional. Dampak dari resesi ini dapat terjadi di satu negara ke negara lain.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengidentifikasi resesi global yang juga penurunan produk domestik bruto (PDB) perkapita di dunia.
Baca juga: BPKN RI Sebut Banyak Korban Investasi Bodong yang Malu Melapor
Menurut IMF, resesi ini bertepatan dengan melemahnya makroekonomi seperti perdagangan, arus modal, dan lapangan kerja di dunia ini. Makroekonomi berkurang menjadi indikator resesi akan terjadi.
Resesi global pernah terjadi antara tahun 2007 dan 2009. Perdagangan dunia mengalami penurunan lebih dari 15 persen antara tahun 2008 dan 2009.