TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rendahnya serapan tenaga kerja di tengah realisasi investasi yang cukup tinggi perlu jadi catatan serius oleh para pemangku kebijakan.
Berdasarkan data, realisasi investasi pada Q3-2022 mengalami peningkatan kurang lebih sebesar Rp100 triliun. Tapi dilain sisi, angka serapan tenaga kerjanya masih jauh dari kata ideal.
Padahal sejatinya, investasi dirancang atau ditujukan salah satunya sebagai upaya menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya.
Jika lapangan pekerjaan dalam praktiknya tidak mengalami peningkatan di tengah deretan angka realisasi investasi yang cukup tinggi tentu hal itu menjadi tanda tanya terkait konsep dan skema investasi seperti apa yang relevan di kedepankan.
Baca juga: Menteri ESDM: Investasi di Migas Tetap Diperlukan untuk Jaga Ketahanan Energi
Hal tersebut dikemukakan oleh Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto saat jadi salah satu pembicara bedah buku karya Prof. Dr. H. Faisal Santiago, berjudul “Hukum Investasi Dalam Amplifikasi Ekonomi Indonesia” yang dilaksanakan di Universitas Borobudur, Jakarta, Rabu (23/11/2022).
Darmadi menuturkan, meski realisasi investasi mengalami peningkatan tapi kontribusi terhadap serapan tenaga kerja tidak terlalu signifikan atau angkanya kurang begitu menggembirakan.
"Data Q3-2020 realisasi investasi mencapai Rp209 triliun dengan serapan tenaga kerjanya 295.387 tenaga kerja. Dibandingkan Q3-2022. Tenaga kerja dan jumlah investasi. Q3 2022 Rp307,8 triliun tapi serapan tenaga kerjanya hanya 325.575.
Artinya meski investasi naik kurang lebih Rp 100 triliun, namun tenaga kerja yang terserap kalau dihitung hanya naik 30.000 pekerja saja. Jika dilihat data tersebut ternyata investasi tidak berkorelasi positif dengan serapan tenaga kerja, terbukti rentang 2020-2022 angka serapan tenaga kerjanya peningkatannya sedikit," ujarnya.
Kendati demikian, Darmadi tak memungkiri bahwa investasi yang ditetapkan presiden Jokowi di Indonesia memang selalu mencapai target.
Hanya saja, lanjut dia, meski banyak investasi yang mencapai target, tapi yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana investasi tersebut memiliki kualitas yang cukup kredibel.
"Investasi berkualitas diperlukan supaya dapat memberikan sumbangsih bagi perekonomian Indonesia untuk kepentingan bangsa. Yang paling penting sejauh mana investasi yang masuk bisa menciptakan lapangan kerja," katanya.
Kendati investasi selama ini mencapai target, Darmadi mengungkapkan, berdasarkan data yang ada justru investasi tersebut tidak berkorelasi positif terhadap peningkatan atau serapan lapangan pekerjaan.
Menurutnya, kenaikan investasi di Indonesia tidak disertai dengan kenaikkan menciptakan lapangan kerja atau dengan kata lain stagnan.
Lebih lanjut Darmadi menguraikan, berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM menunjukan bahwa realisasi investasi kuartal III-2022 mencapai 307,8 triliun atau naik 42,1 persen. Dengan rincian dari PMDN sebesar Rp138,9 triliun, sementara realisasi dari PMA Rp168,9 triliun.
Hanya saja dari total investasi yang ada, lanjut dia, porsinya lebih banyak dari sektor jasa. Sementara realisasi investasi dibidang industri pengolahan atau padat karya hanya mampu menyerap investasi sebesar Rp365,2 triliun dari total realisasi investasi.
"Justru tenaga kerja yang terserap tidak tinggi karena kebanyakan investasi bergerak di sektor jasa. Tentu potret ini mencerminkan bahwa investasi yang masuk kurang begitu berdampak signifikan," tuturnya.
Baca juga: Menteri Bahlil Lahadalia Ungkap Pertumbuan Ekonomi Indonesia Ditopang Lewat Investasi
Meski realisasi investasi sejak awal tahun hingga kuartal III-2022 mencapai Rp892,4 triliun atau setara 74,4% dari target Rp1.200 triliun atau tumbuh sebesar 35,3% yoy.
"Namun dari realisasi itu, sektor padat karya hanya tumbuh 40,9%. Sementara sektor jasa meski realisasi investasinya tinggi, kontribusi terhadap sektor ketenagakerjaan sangat minim bahkan yang ada banyak terjadi PHK. Mestinya pemerintah juga menggenjot investasi untuk sektor padat karya karena efek dominonya cukup bagus terutama terhadap serapan tenaga kerja," ucapnya.
Pada penghujung pemaparannya, Darmadi juga mengapresiasi gagasan-gagasan original tentang investasi yang tertuang dalam buku karya Prof Santiago.
"Buku tersebut sangat bagus (untuk dijadikan referensi) dan cocok buat investor yang ingin investasi di Indonesia," ujarnya
Diketahui, acara bedah buku karya Prof. Dr. H. Faisal Santiago, berjudul “Hukum Investasi Dalam Amplifikasi Ekonomi Indonesia” dihadiri sejumlah tokoh mulai dari Anggota DPR RI, Ahmad Sahroni, Dirjen Imigrasi Irjen. Pol. (Purn.) Dr. Ronny Franky Sompie, Prof Heru Subiantoro, Dr Darmadi Durianto, dan Prof. Ir Bambang Bernanthos selaku Rektor Universitas Borobudur.