Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) menyiapkan sejumlah strategi penerapan manajemen risiko.
Hal itu dilakukan guna menghadapi kondisi ekonomi pada 2023 yang diproyeksikan lebih menantang.
Direktur Manajemen Risiko BRI Finance Ari Prayuwana mengatakan mereka menerapkan robust risk management.
Baca juga: Hingga Kuartal Ketiga Tahun 2022, WOM Finance Salurkan Rp 3,3 Triliun dan Laba Rp 123 Miliar
Tujuannya menjaga kualitas portofolio pembiayaan yang menjadi prioritas perusahaan.
"Membangun manajemen risiko yang kuat melalui penerapan proses pembiayaan yang sehat, dengan diterapkannya proses ketat yang harus diikuti oleh relationship manager (RM)," kata Ari dalam keterangannya, Selasa (29/11/2022).
Ari berujar hal itu membuahkan hasil, yaitu non performing financing (NPF) terus menurun dari 2020 sebesar 4,22 persen.
Kemudian BRI Finance menerapkan credit risk scoring.
Sehingga bisa mempercepat proses pengambilan keputusan pembiayaan.
"Dalam kerangka manajemen risiko, BRI Finance membangun perangkat proteksi dini atau early warning system untuk portofolio di level unit kerja dan individu untuk menjaga kualitas ase," ujarnya.
Kedua, BRI Finance fokus pada kualitas pembiayaan melalui penerapan selective growth.
Mereka membuat kebijakan hanya boleh membiayai sektor-sektor berpotensi rendah risiko.
“Kami memilih debitur-debitur yang memang bagus. Itu di awal sebelum RM melakukan proses inisiasi pembiayaan sudah diberikan guidance-nya. Itu yang kami terapkan sejak 2020, dan akan kami lanjutkan dalam menghadapi tantangan ke depan,” kata Ari.
Baca juga: BRI Finance Bidik Pembiayaan Baru di Atas Rp 5 Triliun pada Tahun 2022
Ketiga, pihaknya melakukan switching portofolio dari mayoritas pembiayaan komersial.
Kini beralih ke segmen konsumer yang lebih ritel.
Alhasil risiko per debitur lebih rendah. Harapannya, BRI Finance akan tumbuh secara berkelanjutan.
Keempat, fokus kepada funding stability dan sustainability melaui penjagaan kepercayaan kreditur.
Kelima, melakukan transformasi dan konsisten dalam digitalisasi business process.
Yaitu, dalam rangka memperoleh efisiensi sehingga mampu menekan biaya operasional.
“Kami akan tumbuh dan prosesnya yang kami digitalisasi. Barangkali itu yang kami lakukan. Jadi apa yang kami lakukan selaras dengan himbauan OJK, di mana kami sangat mendukung dan menerapkan lebih awal sejak 2020,” ujarnya.