Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, ada tiga hal yang perlu menjadi pembelajaran mengenai penyebab inflasi di Indonesia pada 2022.
Terutama, untuk komoditas pangan yang bergejolak seperti tanaman hortikultura, di mana biasanya panennya pada beberapa bulan saja, dan tidak panen pada beberapa bulan yang lain.
Kemudian, faktor musiman karena tingginya permintaan seperti di bulan Ramadan, Idul Fitri, tahun ajaran baru, dan libur Natal dan tahun baru (Nataru).
Baca juga: 52 Pemda Belum Lakukan Upaya Pengendalian Inflasi, Mendagri Tito Karnavian Ancam Ganti Pj Daerah
"Termasuk nanti ya perlu hati-hati di Desember karena ini ada liburan Natal dan tahun baru. Ini cenderung permintaan akan tinggi, kalau supply tidak tersedia cukup bisa dipastikan akan terjadi inflasi di Desember," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam "Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi dan Percepatan Realisasi Belanja Daerah", Senin (5/12/2022).
Meski faktor musiman tersebut sulit dihindari, tapi ada cara mengantisipasi dengan menjaga serta mengelola stok saat panen.
"Sehingga saat tidak panen, ini kita bisa masih mempunyai stok yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat," kata Margo.
Selanjutnya, penyebab inflasi di tanah air yakni sebagian komoditas masih diimpor, sehingga tergantung dari perkembangan harga global.
"Kita menyebutnya sebagai imported inflation, inflasi yang disebabkan karena gangguan suplai, di mana produksinya tidak bisa kita siapkan di dalam negeri. Masih dilakukan impor dan itu sangat tergantung terhadap perkembangan harga global," tutur dia.
Margo menambahkan, penyebab inflasi di dalam negeri yang ketiga karena ada penyesuaian harga untuk bahan bakar minyak (BBM).
"Ini berdampak terhadap tarif listrik dan beberapa komoditas transportasi, karena adanya penyesuaian harga yang diatur oleh pemerintah gitu ya," pungkas Margo.