Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.583 pada Jumat (10/12/2022) sore.
Sebelumnya pada Kamis (9/12/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 15.620.
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda menguat 37 poin.
Baca juga: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS pada Akhir Pekan, Kini di Level Rp 15.583
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah pada pekan depan (12/12/2022) masih akan berfluktuasi dan cenderung menguat.
"Dalam perdagangan akhir pekan mata uang rupiah ditutup menguat 37 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 40 point dilevel Rp15.583 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.620," ucap Ibrahim dalam analisanya, (9/12/2022).
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.550 hingga Rp15.630," sambungnya.
Ibrahim mengungkapkan, fluktuasi rupiah utamanya terdampak sentimen pergerakan indeks dolar AS.
Pada Jumat kemarin (9/12), penguatan rupiah utamanya terbantu faktor eksternal maupun internal.
Untuk faktor eksternal, nilai tukar rupiah salah satunya terdorong sentimen indeks dolar AS yang sedikit turun.
Baca juga: Jumat Pagi Rupiah Menguat ke Level Rp15.593 per Dolar AS
"Ini memperpanjang penurunan dari Kamis karena investor memposisikan diri untuk pembacaan inflasi AS yang akan datang, dan juga tengah meningkatnya optimisme China atas pembukaan kembali ekonomi di negara tersebut," ucap Ibrahim.
Sementara untuk faktor internal, fluktuasi mata uang Garuda terdorong sentimen pasar merespon positif Pemerintah mengkonfirmasi bahwa defisit APBN akan berada di bawah 3 persen tahun ini.
Penyebabnya adalah penerimaan yang sangat moncer dan kinerja ekonomi membaik, sehingga pemerintah telah menurunkan proyeksi defisit APBN dari awalnya 4,5 persen menjadi 3,92 persen.
"Kinerja pertumbuhan ekonomi yang moncer sepanjang tahun berjalan menjadi salah satu alasan kuat, pertumubuhan ekonomi akan di bawah 3 persen. Selain itu, kinerja penerimaan negara pun memiliki prospek yang baik, terutama pajak," pungkas Ibrahim.