“Kami meningkatkan rekomendasi menjadi beli dari jual karena GoTo masih menjadi pemimpin pasar di empat layanan berbasis internet tersebut di Indonesia,” tulis tiga analis UBS yakni Navin Killa, Marissa Putri, dan Joshua Tanja, dalam riset itu, dikutip Selasa (13/12/2022).
Ketiganya menggarisbawahi segmen fintech GoTo juga diprediksi bisa membukukan nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) di angka US$ 43 miliar atau setara dengan Rp 671 triliun (kurs Rp 15.600/US$) pada tahun 2025, dengan pendapatan yang mencapai Rp 240 juta atau Rp 3,7 triliun.
Baca juga: Saham GOTO Tiba-tiba Melesat 20 Persen, Ini Sebabnya
Alasannya, GoTo mempunyai solusi fintech yang paling lengkap di Indonesia, mulai dari aplikasi e-wallet (GoPay) hingga layanan pinjaman digital, asuransi, hingga sektor investasi.
Sinergi GoTo juga dapat memaksimalkan biaya, khususnya insentif dan biaya penjualan dan pemasaran, yang tercermin dari kinerja kuartal 3-2022, di mana persentase biaya insentif serta penjualan dan pemasaran terhadap GTV turun dari 4,9 persen di Q3-2021 menjadi 3,9% di Q3-2022.
GoTo juga telah mencapai margin kontribusi positif untuk segmen on-demand di September, beberapa bulan lebih cepat dari target mereka. GoTo juga menargetkan grup akan mencapai margin kontribusi positif pada paruh kedua 2023 yang menurut UBS, target ini sangat mungkin tercapai.
Berdasarkan kinerja GoTo, selama 9 bulan tahun ini hingga September 2022, GTV GoTo menembus Rp 451,47 triliun dari periode yang sama tahun tahun lalu Rp 324,94 triliun (proforma), naik 38,94%.
Pendapatan kotor pada periode tersebut juga naik 42,01% menjadi Rp 16,63 triliun dari sebelumnya Rp 11,71 triliun (proforma).
Sementara itu, per 3 bulan hingga September 2022, tiga lini utama bisnis GoTo yakni Gojek, Tokopedia, dan GTF juga membukukan kinerja solid.
Layanan on-demand melalui Gojek mencatatkan GTV Rp 15,7 triliun naik 24% yoy, sementara pendapatan bruto Gojek Rp 3,5 triliun, naik 31% yoy. Nilai GTV dari layanan e-commerce lewat Tokopedia naik 15% yoy menjadi Rp 69,9 triliun, dan pendapatan bruto juga tumbuh 27% yoy menjadi Rp 2,2 triliun.
Sementara itu GTV dari lini fintech melalui GTF (termasuk di dalamnya Gopay) mencapai Rp 97,1 triliun, melesat 78% yoy, dan pendapatan bruto nik 48% yoy menjadi Rp 400 miliar.
Saham Atraktif
Mengacu riset UBS, Navin, Marissa, dan Joshua menilai saham induk Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial itu masih menarik meskipun sempat turun karena koreksi pasar saham teknologi dan berakhirnya masa penguncian saham (lock-up) GOTO.
Menurut ketiga analis tersebut, keuntungan sinergi antara Gojek dan Tokopedia ditambah dengan rasionalitas seluruh sektor dalam persaingan bisnis di Indonesia akan mendorong Gross Merchandise Value (GMV) GoTo di 2023 naik 16% dengan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang disesuaikan menjadi positif di paruh pertama tahun 2025, dari perkiraan sebelumnya Q4-2025.
Artinya, UBS menilai performa bisnis GoTo menunjukkan percepatan pencapaian profitabilitas. GMV adalah akumulasi dari nilai pembelian yang dilakukan oleh para pengguna melalui aplikasi dalam periode tertentu.
Baca juga: Lagi-lagi Ambles, Kini Saham GOTO Cuma Rp87, Ini Tanggapan Analis Saham