TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mulai mengalami peningkatan menjelang cum date rights issue BTN yakni pada 22 Desember 2022.
Pada penutupan perdagangan kemarin, saham BBTN menguat 1,10 persen ke level 1.380, dan pada pagi ini sekitar pukul 09.58 WIB naik ke posisi Rp1.385 per saham.
Sejak awal Desember 2022, saham BBTN telah bergerak turun dari posisi Rp 1.535 menuju Rp 1.365 pada penutupan Jumat 16 Desember 2022.
Saham bank ini telah terkoreksi 11,07% dalam 12 hari perdagangan bursa.
Baca juga: Bisnis Pembiayaan Rumah Diprediksi Tumbuh Positif, BTN Bidik 5,8 Juta Milenial
Analis Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya menilai rights issue BBTN tetap menarik untuk diikuti karena harganya cukup murah.
Menurutnya, dengan posisi saham BBTN saat ini, risiko untuk penurunan harga jauh lebih rendah dibandingkan potensi kenaikannya.
“Sebenarnya anomali ketika saham BBTN terkoreksi menjelang cum date rights issue. Namun, begitulah market, bisa bergerak di luar kebiasaan dan prediksi banyak analis. Rights issue BBTN kali ini bakal sukses karena mereka punya rekam jejak positif dalam melakukan aksi korporasi,” kata Cheryl yang dikutip dari Kontan, Rabu (21/2/2022).
Cherly menjabarkan BTN pernah sukses melakukan dua aksi korporasi terkait saham, yakni initial public offering (IPO) pada 2009 dengan meraup dana Rp 1 ,88 triliun dan rights issue pertama pada 2012 dengan nilai Rp 1,87 triliun. Kedua aksi korporasi sukses terlaksana, meski kondisi ekonomi saat itu penuh tekanan.
IPO BTN digelar ketika dunia sedang gonjang ganjing krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS).
Sedangkan rights issue dilakukan di saat The Fed mulai menghentikan stimulus ekonomi yang digelontorkan untuk memulihkan ekonomi akibat krisis 2008. Kondisi yang disebut taper tantrum itu membuat likuiditas dolar di sejumlah negara berkembang mengering.
Cheryl menyebut valuasi dalam dua aksi korporasi sebelumnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rights issue tahun ini. Pada 2009, BTN menggelar IPO dengan nilai 1,5x PBV sebelum IPO.
Price to book value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio price to book value yang lebih kecil dari 1 dapat mengindikasikan saham perusahaan adalah murah karena masih lebih rendah dari nilai buku, begitu pula sebaliknya.
Pada 2012, BTN menggelar rights issue dengan nilai 1,3x PBV. Kala itu nilai buku per saham BTN sebelum rights issue di sekitar Rp 920.
Setelah 10 tahun berlalu, nilai BBTN saat ini menembus Rp 2.039. Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp 1.200 saat ini maka itu setara dengan 0,58x PBV.
“Artinya ini kesempatan bagi investor mendapatkan saham BTN dengan harga lebih rendah dibandingkan pemegang saham lama BTN,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Cheryl, valuasi saham induk BBTN juga masih lebih murah dengan bank lainnya. Saat ini harga saham BBTN diperdagangkan pada 0,67x PBV, jauh lebih rendah dari bank-bank pelat merah lainnya.
Bila kembali ke 1x PBV, menurut Cheryl itu akan mencerminkan kenaikan saham BBTN sekitar 49% dibandingkan harga akhir pekan lalu.
Secara fundamental, kinerja BBTN juga diprediksi tumbuh solid pada tahun depan yang didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang melimpah, termasuk dana murah. Sejumlah sekuritas memberikan prediksi positif untuk kinerja BTN pada tahun depan, pasca rights issue.
Salah satunya merupakan riset Kiwoom Sekuritas Indonesia yang menyatakan aksi korporasi rights issue yang akan dilakukan oleh BBTN akan menopang kinerja pada tahun depan. “Kami melihat ini bisa meningkatkan capital adequacy ratio (CAR) BBTN,” tulis analis Kiwoom dalam risetnya.
Baca juga: Bisnis Pembiayaan Rumah Diprediksi Tumbuh Positif, BTN Bidik 5,8 Juta Milenial
Kiwoom juga menyoroti perbaikan struktur dana BBTN yang berdampak pada penurunan biaya dana. Hingga akhir September 2022, BBTN menghimpun dana tabungan dan giro (current account saving account/CASA) sebesar Rp 143,59 triliun, naik 18,7% dibandingkan setahun sebelumnya.
Hal ini mendorong komposisi CASA di antara DPK dan wholesale funding naik menjadi 40,68%, sementara setahun sebelumnya di 36,3%. Sebaliknya porsi deposito turun menjadi 47,35% dari setahun sebelumnya 51,16%. Begitu pula wholesale funding turun menjadi 11,37% dari sebelumnya 12,49%.
Pendanaan dari CASA diperkirakan akan terus bertambah sehingga BBTN bisa menekan biaya dana dan meningkatkan NIM.
Kiwoom memproyeksikan laba bersih BBTN tahun ini akan mencapai Rp 3 triliun dan pada 2023 akan menembus Rp 3,5 triliun. Dengan optimisme itu, Kiwoom memberikan rekomendasi overweight saham bank ini dengan target harga Rp 2.030.
Kiwoom memprediksi PER BBTN akan naik menjadi 8,9x dan PBV naik menjadi 1x di tahun 2023. Selain itu, Kiwoom memprediksi dividend yield BBTN akan berada di 2,8% untuk kinerja 2022 dan 3,4% di 2023.
Seperti diketahui, BTN akan menggelar rights issue dengan melepas 3,44 miliar saham baru atau setara 24,54% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga pelaksanaan Rp 1.200 maka BTN berpeluang meraih tambahan modal Rp 4,13 triliun.
Pemerintah sebagai pemegang saham pengendali akan menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) Rp 2,48 triliun.
Adapun jadwal pelaksanaan rights issue BBTN adalah sebagai berikut.
- Cum-right di pasar reguler & negosiasi: 22 Desember 2022
- Cum-right di pasar tunai: 26 Desember 2022
- Recording date: 26 Desember 2022
- Masa Pelaksanaan HMETD: 28 Desember 2022 - 5 Januari 2023
- Masa Perdagangan HMETD: 28 Desember 2022 - 5 Januari 2023
(Dina Mirayanti Hutauruk/Kontan)