TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gertakan Presiden Rusia Vladimir Putin ternyata masih ampuh.
Harga minyak dunia melonjak US$ 2 per barel pada hari Jumat (23/12/2022) setelah Putin mengancam akan menurunkan produksi minyak mereka.
Ancaman Kremlin menurunkan produksi minyak dilakukan setelah negara-negara G7 membatasi harga minyak dari Rusia.
Kenaikan harga jelang akhir pekan menempatkan pasar di jalur untuk kenaikan harga di pekan kedua.
Baca juga: Harga Minyak Menguat gara-gara Ketatnya Stok Bahan Bakar AS
Harga minyak mentah Brent naik US$ 2,02 atau 2,5 persen menjadi US$ 83 per barel pada pukul 22.06 WIB.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$ 79,72 per barel, naik US$ 2,23 atau 2,9%.
Kantor berita RIA mengutip Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak melaporkan bahwa Rusia dapat memangkas produksi minyak sebesar 5%-7% pada awal 2023. Langkah ini sebagai tanggapan terhadap pembatasan harga.
Menurut hitungan trader, ekspor minyak Baltik Rusia bisa turun 20% pada Desember dari bulan sebelumnya. Penurunan ekspor ini terjadi setelah Uni Eropa dan negara-negara G7 memberlakukan sanksi dan batasan harga minyak mentah Rusia mulai 5 Desember.
Badai musim dingin yang dahsyat melanda wilayah Amerika Serikat yang luas.
Bagai musim dingin ini memaksa ribuan pembatalan penerbangan dan mengacaukan rencana para pelancong selama apa yang diharapkan menjadi musim liburan yang sibuk.
"Harga minyak mentah lebih tinggi karena pedagang energi fokus pada tanggapan Rusia terhadap pembatasan harga minyak Rusia dan bukan ribuan pembatalan penerbangan yang akan mengganggu perjalanan liburan," kata analis OANDA Edward Moya kepada Reuters.
Baca juga: Saran Bijak Berinvestasi Saat Perekoonomian Menghadapi Resesi Ala Warren Buffet
Pada hari Kamis, harga patokan minyak turun karena penerbangan dibatalkan. Badai juga dapat mengganggu rencana pengendara untuk melakukan perjalanan selama Natal dan Tahun Baru.
Tetapi permintaan minyak untuk pemanas dapat meningkat karena cuaca ekstrem.
"Ketika persediaan minyak mentah AS turun dan badai musim dingin melanda AS, suhu dingin diperkirakan akan meluas ke selatan ke Texas, Florida, dan negara bagian Timur.
Permintaan minyak pemanas akan melonjak," kata Leon Li, seorang analis di CMC Markets. (Wahyu Tri Rahmawati)