Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki memastikan petani sawit tak perlu lagi bergantung pada industri besar.
Hal itu ia buktikan melalui program Pengembangan Minyak Makan Merah melalui Koperasi Sawit Swadaya.
Melalui program tersebut, Teten berujar ingin meningkatkan kesejahteraan petani sawit melalui hilirisasi produk olahan oleh koperasi.
Baca juga: Kampanye Positif Industri Kelapa Sawit, Holding Perkebunan Nusantara Dukung Oil Palm Marathon 2022
"Kami ingin memberikan akeses kepada petani sawit agar bisa memproduksi sawit hasil kebunnya sendiri. Sehingga yang selama ini bergantung pada industri besar atas hasil panennya, mereka punya kesempatan memproduksi sendiri sawitnya," katanya dalam acara Refleksi 2022 & Outlook 2023 di Gedung KemenKopUKM, Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (26/12/2022).
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu menyebut petani bisa mendapatkan nilai tambah dari hasil kebunnya apabila bisa memproduksi sendiri.
Program ini masih dalam tahap uji coba (piloting). Namun, ia percaya diri ini bisa menjadi pondasi industri sawit yang memihak kepada para petani.
"Di sisi lain, kami Pemerintah ingin menjadi bagian dalam pencarian solusi bagaimana masyarakat bisa mengkases minyak goreng yg lebih riil," ujar Teten.
Saat ini, minyak makan merah telah memperoleh sertifikasi SNI 9098:2022 (SNI khusus koperasi) dari Badan Standardisasi Nasional (BSNI) dan Detail Engineering Design (DED) dari PPKS.
Sertifikasi itu sejalan dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan pabrik minyak makan merah di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Baca juga: Akademisi Sebut Program Food Estate Sebaiknya Meniru Proses Pembukaan Lahan Kelapa Sawit
Teten memastikan pabrik tersebut dapat beroperasi pada Januari 2023.
"Secara umum, kami ingin koperasi itu tidak main di ekonomi marginal. Kami ingin mereka masuk ke sektor stategis seperti sawit. Kita kan pemain dunia sekarang di sawit. Kita produksi 50 juta ton sawit. Kita produsen besar," katanya.
"Nah, sekarang kalau koperasi menjadi bagian dari arus utama ekonomi nasional, itu harus kita dukung," ujar Teten melanjutkan.
Koperasi yang dalam proyek piloting ada tujuh dan terbagi menjadi dua.
Tiga koperasi merupakan hasil kerja sama dengan PTPN. Empat koperasi merupakan Koperasi Mandiri.