Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja industri manufaktur tetap menunjukkan progres gemilang di tengah situasi global yang masih tidak menentu akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengemukakan pada tahun 2020 pertumbuhan sektor industri pengolahan nonmigas sempat tertekan hingga minus 2,52 persen karena dampak pandemi Covid-19.
Akan tetapi, melalui berbagai kebijakan strategis untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, kinerja sektor industri manufaktur di Tanah Air terus bangkit.
Baca juga: Kementerian Perindustrian Bidik Pertumbuhan Industri Manufaktur 5,4 Persen di Tahun 2023
"Kinerja kembali bergairah pada tahun 2021 dengan angka pertumbuhan sebesar 3,67 persen. Kemudian
tren positif berlanjut pada tahun 2022, yang tercermin pada triwulan I tumbuh sebesar 5,47 persen, triwulan II sebesar 4,33 persen dan triwulan III sebesar 4,88 persen," tutur Agus dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2022, Selasa (27/12/2022).
Capaian gemilang tersebut membuktikan bahwa pemerintah mampu menjaga kondisi industri agar tetap tumbuh positif di tengah gejolak dan tantangan yang ada.
"Adapun dari aspek kontribusi dalam PDB, kontribusi industri pengolahan nonmigas pada triwulan III tahun 2022 sebesar 16,10 persen. Namun demikian, tidak serta merta berarti industri mengalami deindustrialisasi," ungkap Agus.
Baca juga: Aturan Insentif Kendaraan Listrik Diketok Juni 2023? Menperin: Bisa Lebih Cepat
Kontribusi industri saat ini masih merupakan yang tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya.
"Ini merupakan tugas kita bersama, bagaimana meningkatkan kinerja industri kembali sehingga kita bisa menjadi negara industri," imbuh Menperin.
Untuk ekspor industri manufaktur pada sembilan bulan pertama tahun 2022 terus meningkat. Tercatat nilai ekspor industri pada Januari-Oktober 2022 mencapai 173,20 miliar dolar AS atau berkontribusi 76,51 persen dari total nilai ekspor nasional.
"Angka tersebut telah melampaui capaian ekspor manufaktur sepanjang tahun 2020 sebesar 131,09 miliar dolar AS. Jika dibandingkan dengan Januari-Oktober 2021, maka kinerja ekspor industri manufaktur pada Januari-Okober 2022 meningkat sebesar 20,39 persen," jelas Menperin.
Kinerja ekspor sektor manufaktur ini sekaligus menjadi tulang punggung pertumbuhan perekonomian nasional.
Sementara untuk realisasi investasi di sektor manufaktur pada Januari-September (sampai triwulan III) tahun 2022 tercatat sebesar Rp 343,06 triliun.
Angka ini naik 49,24 persen jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada periode yang sama di tahun 2021 sebesar Rp 229,87 triliun.
"Realisasi investasi tahun 2022 bisa dibilang pencapaian realisasi dengan nilai tertinggi dibandingkan dari tahun 2019-2021 di saat dunia sedang penuh dengan tantangan ini," ucap Agus.
Pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja.
Akibat dampak pandemi Covid-19, jumlah tenaga kerja di sektor industri manufaktur berkurang sebanyak 2 juta orang, dari 19,14 juta orang pada tahun 2019 ke 17,4 juta orang pada tahun 2020.
"Tetapi seiring dengan bangkitnya sektor industri manufaktur dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang di tahun 2021, sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang dan ditahun 2022 ini bertambah lagi 500 ribuan, sehingga tercatat tenaga kerja industri manufaktur sebanyak 19,11 juta orang," sebutnya.
Menperin menambahkan, geliat industri manufaktur di tanah air, juga terlihat dari capaian Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan November yang menunjukkan ke arah ekspansif, yaitu di angka 50,89.
"Dari angka tersebut, kami bisa mengidentifikasi bahwa ada 11 subsektor yang ekspansi (71 persen dari PDB Industri) dan 12 subsektor yang kontraksi (29 persen dari PDB Industri)," terang Menperin.