News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Outlook 2023

Ekonom Indef Sebut Jasa Transportasi dan Logistik Online Tetap Resilien di 2023

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi transportasi ojek online (Ojol). Jasa transportasi dan logistik online terbukti tangguh di tengah gejolak ekonomi yang penuh ketidakpastian

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan tantangan tahun 2023 akan lebih berat.

Menurutnya, persepsi konsumen terkait isu resesi cukup kuat sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku bisnis.

Namun ada sektor yang tangguh menghadapi tahun 2023 yang diramal akan gelap karena inflasi global hingga krisis ekonomi.

Baca juga: PPKM Dicabut, Aturan di Pusat Perbelanjaan dan Sektor Transportasi Tunggu Instruksi Mendagri

"Jasa transportasi dan logistik online terbukti tangguh di tengah gejolak ekonomi yang penuh ketidakpastian," kata Nailul dihubungi Tribun Network, Selasa (27/12/2022).

Nailul menuturkan pengguna transportasi mengalami peningkatan seiring dengan membaiknya penanganan pandemi Covid-19 serta mobilitas masyarakat telah pulih.

Pun demikian, layanan logistik online juga menjadi andalan masyarakat yang sangat memperhatikan aspek keamanan dan efisiensi waktu.

"Sektor transportasi dan logistik online diperkirakan masih resilien, juga mampu tumbuh di tengah tantangan ekonomi bahkan saat ada potensi resesi," ucap Nailul.

Baca juga: Transportasi Terjangkau, Jokowi Pastikan Pemerintah akan Terus Bangun Infrastruktur Perkeretaapian

Berdasarkan kajian Indef, jasa transportasi dan logistik online menjadi pilar perkembangan ekonomi digital Indonesia.

Nailul menyampaikan Indef mencoba memahami bagaimana industri ini tetap bisa berkembang meskipun dihantam kebijakan pembatasan mobilitas.

Hasil penelitian pada Agustus dan September 2022 bahwa permintaan pada layanan transportasi online cenderung stabil dan bahkan meningkat setelah pelonggaran PPKM.

"Frekuensi pemakaian setiap pengguna rata-rata 4 sampai 12 kali setiap minggunya, perubahan pola konsumsi masyarakat dari offline ke online masih akan tumbuh setelah pandemi," ucap Nailul.

Peneliti muda ini menyampaikan aplikasi super-app seperti Gojek dan Grab masih menjadi pilihan utama konsumen.

Nailul menuturkan pedagang tetap memilih layanan logistik online untuk mengirimkan barang dagangan mereka di tahun 2023.

Baca juga: Resmikan BRT, Ridwan Kamil: Wujudkan Transportasi Publik yang Modern dan Ramah Lingkungan

"Pedagang daring memilih logistik online karena kualitas layanannya terutama kecepatan pengantaran barang kepada konsumen," tutur dia.

Dengan menggunakan skala 1-4, konsensus responden yang dilakukan Indef memberikan nilai 3,9 untuk kualitas pelayanan logistik online.

Sementara untuk keamanan layanan responden memberikan nilai 3,6 dari segi asuransi dan kehigienisan barang.

Risiko Suku Bunga
 
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky mengatakan, risiko paling berbahaya untuk perekonomian Indonesia bukan semata-mata lonjakan inflasi.

Baca juga: Transportasi Bus Kian Diminati, Pembelian Tiket Online Naik Nyaris 3 Kali Lipat di 2022

Menurutnya, hal yang paling berbahaya bagi perekonomian adalah tren kenaikan suku bunga yang diperkirakan masih tetap tinggi pada 2023.

"Paling menyeramkan suku bunga tinggi sebenarnya karena suku bunga tinggi itulah yang kelihatannya menjadi salah satu risiko terbesar. Bukan salah satu, malah risiko terbesar," ujarnya.

Awalil menjelaskan, suku bunga di Amerika Serikat dan sejumlah negara maju saat ini sudah meninggi dan dan membuat modal asing mengalir dari negara-negara berkembang ke sana.

"Duit itu kan air, dia mengalirnya ke sana. Kurang lebih seperti itu, likuiditas bisa kesulitan," katanya.

Kemudian pada saat kondisi eksternal tersebut semakin tidak menguntungkan pada tahun depan, justru fundamental ekonomi Indonesia dinilainya rapuh atau kurang kuat.

Baca juga: Gelontorkan Subsidi Lebih Dari Rp 2,5 Triliun, DJKA Dorong Penggunaan Transportasi Massal

"Jadi fundamental mendefinisikan dari yang kita pakai, apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa di negara tersebut diproduksi. Bukan seperti makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, padahal harus melihat seluruhnya fundamental ekonomi ini kuat atau tidak," tutur Awalil. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini