Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, produksi beras dalam negeri tahun 2023 diprediksi akan berkurang 5 persen.
"Tahun 2023 kita akan menghadapi persoalan serius terkait dengan produksi padi. Itu perkiraan saya tahun 2023 produksi padi turun minus 5 persen," kata Dwi Andreas saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (14/1/2023).
Menurut Andreas, hal tersebut akibat dampak dari perubahan cuaca. Sebab kata dia, memasuki bulan Juli atau pertengahan tahun akan menghadapi iklim kemarau yang berkepanjangan.
Baca juga: Pemerintah Diminta Akhiri Impor Beras saat Masa Panen di Februari
"Nanti mulai bulan April, itu iklim normal. Kemudian yang bahaya setelah bulan Juli, kita masuk Elnino atau iklim kemarau berkepanjangan. Sehingga produksi beras tahun 2023 saya pastikan menurun paling tidak minimum 5 persen," tutur dia.
Andreas memaparkan, sejak bulan November tahun lalu, puncak iklim kemarau basah terjadi yang mengakibatkan banjir di sejumlah daerah sentra produksi padi terdampak.
"Di bulan Desember, Januari, namun sejak November sebenarnya, itu puncak nya Lanina, iklim kemarau basah, sehingga terjadi banjir dimana-mana. Di pantai utara Jawa Tengah saja yang sentra-sentra produksi padi tenggelam padinya," tegasnya.
Kata dia, kondisi cuaca tersebut mengakibatkan para petani menambah masa panen lantaran lahan terendam banjir.
"Sehingga petani harus bercocok tanam ulang dan akan membutuhkan masa panen. Otomatis produksi semakin menurun," ucap dia.
Terakhir, Andreas meminta pemerintah untuk menjaga cadangan pasokan beras untuk mengantisipasi prediksi tersebut.
"Perlu upaya keras pemerintah upaya bersama supaya prediksi saya tidak terjadi," paparnya.