“Atas dasar itu dan setelah mengajukan surat dakwaan terhadap terdakwa, berkasnya dibawa ke pengadilan dan sidang diadakan di hadapan pengacara terdakwa dan berdasarkan surat-surat yang sah dalam berkas orang tersebut, ia dijatuhi hukuman mati karena menjadi mata-mata untuk Inggris,” tulis Mizan dalam laporannya.
Akbari sebelumnya menjabat sebagai wakil menteri pertahanan Iran dan kepala Institut Riset Strategis, serta anggota organisasi militer yang menerapkan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengakhiri perang Iran-Irak, menurut outlet berita pro-reformasi Iran Shargh Daily.
Dia bertugas di bawah Presiden Iran Mohammad Khatami, seorang reformis yang menjabat dari 1997 hingga 2005, menurut BBC.
Meskipun Iran tidak mengakui kewarganegaraan ganda, eksekusi terhadap seseorang yang berkewarganegaraan Inggris kemungkinan akan semakin memicu ketegangan antara Teheran dan negara-negara Barat, yang mengkritik tanggapan rezim tersebut terhadap demonstrasi anti-pemerintah yang dimulai pada September tahun lalu.
Walaupun eksekusi Akbari tidak terkait dengan aksi protes yang baru-baru ini terjadi di Iran, Menteri Luar Negeri Inggris menuduh bahwa tindakan itu "bermotivasi politik".
Dia mengatakan kuasa hukum Iran akan dipanggil atas eksekusi "untuk memperjelas rasa jijik kami pada tindakan Iran."
“Eksekusi Alireza Akbari dari Inggris-Iran adalah tindakan biadab yang pantas mendapat kecaman sekuat mungkin. Melalui tindakan bermotivasi politik ini, rezim Iran sekali lagi menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap kehidupan manusia,” kata Cleverly di Twitter.
Cleverly juga mengumumkan pada Sabtu, Inggris untuk sementara menarik duta besarnya dari Iran untuk "berkonsultasi" di tengah kejatuhan diplomatik setelah eksekusi tersebut. Selain itu, dia mengatakan Inggris “meminta pertanggungjawaban rezim" Iran.
“Tanggapan kami terhadap Iran tidak terbatas pada hari ini,” tambah Cleverly.
Pemerintah Inggris telah mendesak Iran untuk tidak mengeksekusi Akbari, dan Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan akan terus mendukung keluarga Akbari.
Akbari adalah salah satu dari tiga orang yang menerima hukuman mati pada minggu-minggu pertama tahun ini. Dua pemuda, yang salah satunya adalah juara karate, dihukum gantung pada akhir pekan lalu setelah dinyatakan bersalah membunuh seorang anggota pasukan paramiliter Iran Basij.
Keduanya diduga ikut ambil bagian dalam demonstrasi yang dimulai setelah seorang wanita Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini, meninggal saat berada dalam tahanan polisi moral negara tersebut.
Kematian Amini telah memicu aksi protes di Iran secara besar-besaran, menentang pemerintah negara itu yang sering dikritik sebagai teokratis dan diktator.