Pada FOMC Februari ini diperkirakan kenaikan suku bunga bank Sentral AS hanya sebesar 25 Bps. Serta, The Fed juga membuka wacana peninjauan target inflasi sebesar 2%.
Indikator penting bagi pasar keuangan ada pada pasar obligasi AS yang tercermin dari yield US Treasury. Biasanya ini adalah indikator pendahulu bagi arah suku bunga, lalu berkorelasi dengan arah emas.
Selain itu, dalam jangka pendek, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai akan menarik masuk dana kapital asing, sepanjang fundamental domestik masih kuat dan ditopang oleh harga komoditas yang tidak terlalu tertekan.
Wahyu menjelaskan, apabila resesi menekan Wall Street dan bursa Eropa terpuruk, IHSG bisa menjadi alternatif pelarian kapital. Kondisi ini bisa menguatkan posisi rupiah dan menjadi katalis positif bagi harga emas.
Jika resesi terjadi, Fed nampaknya akan terpaksa melakukan pelonggaran moneter dengan memangkas suku bunga dan stimulus quantitive easing (QE). Kalaupun skenario buruk terjadi, emas tetap akan diuntungkan.
Fed misalnya pivot terlalu dini dan berbalik lagi ke skenario inflasi tinggi, sehingga menyebabkan dolar AS alami bearish maka membantu harga emas naik.
Baca juga: Harga Emas Antam Selasa 10 Januari 2023 Naik Rp2.000 Jadi Rp1.035.000 Per Gram
Sedangkan, jika langkah pivot The Fed terlambat dan menyebabkan resesi yang jauh lebih gawat, bisa memicu pelarian kapital ke tempat aman. Ini juga akan tetap membantu emas naik sebagai safe haven.
Adapun Wahyu memperkirakan harga emas dunia akan berkisar US$ 1.500 per ons troi- US$ 2.300 per ons troi di tahun 2023.
Harga emas Antam akan mengikuti pada level Rp 1,1 juta per gram-Rp 1,2 juta per gram dengan potensi harga buyback sebesar Rp 900.000 per gram-Rp 1,1 juta per gram.
Saat ini, momentum buy on weakness masih berlaku. Harga emas berpotensi terus naik dan bagi investor yang ingin masuk masih sangat potensial. (Akmalal Hamdhi/Kontan)