News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

India Akan Salip China Sebagai Negara Terpadat di Dunia, Ketersediaan Lapangan Kerja Jadi Sorotan

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja migran memadati terminal bus di perbatasan Uttar Pradesh dekat New Delhi, India

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI -- India akan menyusul China pada tahun ini untuk menjadi negara terpadat di dunia.

Kemungkinan tersebut datang ketika China pada hari ini, Selasa (17/1/2023) melaporkan bahwa populasinya menyusut pada 2022, untuk pertama kalinya dalam lebih dari 60 tahun.

Pergeseran ini akan memiliki implikasi ekonomi yang signifikann bagi kedua negara Asia tersebut, yang masing-masing memiliki lebih dari 1,4 miliar penduduk.

Baca juga: Unicorn Media Sosial India ShareChat Pecat 20 Persen Karyawannya

Dilansir dari CNN, China juga melaporkan salah satu data pertumbuhan ekonomi terburuknya dalam hampir setengah abad, menggarisbawahi tantangan berat yang dihadapi Negeri Tirai Bambu ketika angkatan kerjanya menyusut dan jumlah pensiunan membengkak.

Sementara bagi India, yang disebut oleh para ekonom dan analis sebagai "dividen demografis" dapat terus mendukung pertumbuhan pesat dalam ekonomi seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja.

Namun, ada kekhawatiran lain yang muncul yaitu ketersediaan jumlah lapangan kerja di India bagi jutaan pencari kerja muda yang sudah memasuki dunia kerja setiap tahunnya.

Populasi usia kerja di negara Asia Selatan itu mencapai lebih dari 900 juta jiwa, menurut data 2021 dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Jumlah ini diperkirakan akan mencapai lebih dari 1 miliar selama dekade berikutnya, menurut laporan pemerintah India.

Para ahli memperingatkan, angka-angka itu bisa menjadi ancaman jika pembuat kebijakan tidak menciptakan lapangan kerja yang cukup.

Sementara data menunjukkan semakin banyak orang India bahkan tidak mencari pekerjaan, mengingat kurangnya kesempatan dan upah yang rendah.

Baca juga: Penumpang India Rekam Detik-detik Kecelakaan Pesawat Yeti Airlines di Nepal

Tingkat partisipasi angkatan kerja India, perkiraan tenaga kerja aktif dan orang yang mencari pekerjaan, mencapai 46 persen, termasuk yang terendah di Asia, menurut data tahun 2021 dari Bank Dunia.

Sebagai perbandingan, tingkat partisipasi angkatan kerja untuk China dan Amerika Serikat masing-masing mencapai 68 persen dan 61 persen pada tahun yang sama.

Bagi wanita, angkanya bahkan lebih memprihatinkan. Tingkat partisipasi kerja perempuan India hanya 19 persen pada 2021, turun dari sekitar 26 persen pada 2005, menurut data Bank Dunia.

“India sedang duduk di atas bom waktu,” kata profesor perilaku organisasi di Indian School of Business, Chandrasekhar Sripada.

“Akan ada keresahan sosial jika tidak dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup dalam waktu yang relatif singkat,” ungkapnya.

Baca juga: Hasil India Open 2023: Rehan/Lisa Tampil Trengginas, Beri Kemenangan Pertama untuk Indonesia

Tingkat pengangguran India pada Desember 2022 mencapai 8,3 persen, menurut data Pusat Pemantauan Ekonomi India (CMIE), sebuah think tank independen yang berkantor pusat di Mumbai, yang menerbitkan data pekerjaan lebih teratur daripada pemerintah India. Sebaliknya, tingkat pengangguran AS sekitar 3,5 persen pada akhir tahun lalu.

“India memiliki populasi kaum muda terbesar di dunia… Tidak ada kelangkaan modal di dunia saat ini,” tulis CEO CMIE, Mahesh Vyas, dalam postingan blog pada tahun lalu.

“Idealnya, India harus mengambil peluang langka ketersediaan tenaga kerja dan modal yang mudah ini untuk mendorong pertumbuhan yang cepat. Namun, sepertinya bus ini ketinggalan,” tambahnya.

Pengaruh Pendidikan

Kurangnya pendidikan berkualitas tinggi adalah salah satu alasan terbesar di balik krisis pengangguran di India.

Telah terjadi “kegagalan besar di tingkat pendidikan” oleh para pembuat kebijakan, kata Sripada, menambahkan bahwa lembaga-lembaga India menekankan “belajar hafalan” daripada “pemikiran kreatif.”

Sebagai hasil kombinasi dari pendidikan yang buruk dan kurangnya pekerjaan, ribuan lulusan perguruan tinggi akhirnya melamar pekerjaan seperti "peon" atau office boy, yang bergaji kurang dari 300 dolar AS per bulan.

Kabar baiknya adalah pembuat kebijakan telah menyadari masalah ini dan mulai memberikan “penekanan yang masuk akal pada penciptaan keterampilan sekarang", kata Sripada.

Tapi itu akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum dampak dari kebijakan baru dapat terlihat, tambahnya.

Perekonomian terbesar ketiga di Asia ini juga perlu menciptakan lebih banyak pekerjaan non-pertanian untuk merealisasikan potensi ekonominya secara penuh.

Menurut data pemerintah baru-baru ini, lebih dari 45 persen tenaga kerja India dipekerjakan di sektor pertanian.

India perlu menciptakan setidaknya 90 juta pekerjaan non-pertanian baru pada 2030 untuk menyerap pekerja baru, menurut laporan tahun 2020 oleh McKinsey Global Institute.

Banyak dari pekerjaan ini dapat diciptakan di sektor manufaktur dan konstruksi, kata para ahli.

Saat ketegangan antara China dan Barat meningkat, India telah membuat beberapa kemajuan dalam meningkatkan manufaktur dengan menarik raksasa internasional seperti Apple untuk memproduksi lebih banyak di negara tersebut.

Namun, pabrik hanya menyumbang 14 persen dari PDB India, menurut laporan Bank Dunia.

Dengan perkiraan pertumbuhan PDB sebesar 6,8 persen untuk tahun fiskal yang berakhir Maret ini, India diharapkan menjadi ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Tetapi menurut seorang mantan bankir di Bank Sentral India, pertumbuhan ini pun "tidak cukup".

“Banyak dari pertumbuhan ini adalah pertumbuhan pengangguran. Pekerjaan pada dasarnya adalah tugas satu untuk ekonomi. Kami tidak membutuhkan semua orang untuk menjadi pemrogram atau konsultan perangkat lunak, tetapi kami membutuhkan pekerjaan yang layak,” kata mantan gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan, pada tahun lalu.

Menurut laporan Mckinsey, untuk “pertumbuhan lapangan kerja yang menguntungkan dan produktif sebesar ini, PDB India perlu tumbuh sebesar 8,0 persen hingga 8,5% per tahun selama dekade berikutnya.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini