Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dosen dan praktisi pasar modal Lanjar Nafi membeberkan beberapa sentimen yang menjadi penggerak di pasar saham dan obligasi selama sepekan ini.
Di antaranya, uutang luar negeri Indonesia yang tetap terkendali dan neraca perdagangan Indonesia di bulan Desember 2022 surplus.
Selanjutnya, sentimen positif yang mengelilingi IHSG datang lewat rasa optimisme pemerintah, bahwa ekonomi bisa tumbuh di atas 5 persen tahun ini.
Baca juga: Pasar Saham di Tahun Politik, Sektor Mana Saja yang Jadi Pendukung IHSG?
"Pandangan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 dengan kisaran 5,2 persen hingga 5,3 persen," ujar Lanjar melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (22/1/2023).
Tidak berenti di situ, kabar baik juga datang dari hasil lelang obligasi yang dinilai kelebihan permintaan dan penyaluran kredit perbankan terindikasi meningkat.
Ditambah, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang penuh dengan rasa optimis dan tetap berada pada jalur kenaikan suku bunga font-loaded, pre-emptive, dan forward-looking.
Baca juga: Rupiah Menguat, IHSG Diproyeksi Tembus Level 8.040
"Ketegasan pada operations twist Bank Indonesia guna stabilkan harga obligasi di tengah kenaikan suku bunga dan beragam hasil analisa fundamental baru dari para institusi keuangan ternama pada saham ASII, GOTO, BBRI, dan UNTR dengan rating investasi lebih baik," tutur Lanjar.
Diketahui, selama sepakan, IHSG naik 3,51 persen dan LQ45 naik 3,92 persen menjadi penguatan mingguan terbesar sejak Juli 2022 untuk IHSG dan terbesar sejak Oktober 2021 untuk LQ45.
Rupiah juga terapresiasi sebesar 0,50 persen dan imbal hasil obligasi turun 5.2 basis poin meski keduanya lebih kecil dari performance positif minggu lalu.
"Investor asing pun mulai tercatat net buy pada pasar saham maupun obligasi," pungkas Lanjar.