Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan, di tengah berbagai tekanan global dan dampak rambatannya ke ekonomi domestik, perekonomian Indonesia masih tumbuh 5 persen di 2022.
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, hasil pertumbuhan ekonomi 5 persen terbilang bagus meski ada perlambatan di kuartal IV secara year on year atau tahunan.
"Pagi tadi, BPS baru saja merilis pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2022, alhamdulillah masih di atas 5 persen (5,31 persen) walaupun sedikit melambat kalau kita bandingkan dengan periode sebelumnya persisnya 5,01 persen (di kuartal IV 2022) secara year on year," ujarnya dalam acara "Sharia Economic and Financial Outlook atau ShEFO 2023" di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Baca juga: Ekonomi Dunia Beri Sinyal Pemulihan, Bank Sentral Mulai Kompak Kendurkan Suku Bunga Acuan
Lebih lanjut, menurut Agung, perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh di atas 5 persen juga tidak lepas dari peran ekonomi syariah.
Sektor unggulan halal value chain yang terdiri dari pertanian, makanan dan minuman halal, fashion muslim, dan pariwisata ramah muslim melanjutkan perbaikan.
"Khususnya didorong kinerja pariwisata ramah muslim dan sektor pertanian. Di kuartal 3 (2022), sektor halal value chain tumbuh sebesar 5,5 persen," kata Agung.
Dia menambahkan, capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama di 2021 sebesar 1,69 persen.
Sementara pada 2023 sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional, BI optimis pertumbuhan ekonomi syariah terus berlanjut.
"Diperkirakan kembali didorong oleh kinerja sektor pertanian dan sektor pariwisata ramah muslim, dengan dukungan pembiayaan syariah yang juga terus meningkat, serta tentu saja dengan sinergi antara lembaga," pungkasnya.