Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia industri masih diprediksi akan mengalami banyak tantangan pada 2023, apalagi di tengah isu resesi dunia.
Di Indonesia sendiri, meski dihimpit pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, sektor industri menunjukkan kinerja sangat baik pada tahun 2022 dengan mencatatkan angka pertumbuhan 5,01 persen, serta menjadi sumber pertumbuhan tertinggi bagi perekonomian, yaitu sebesar 1,01 persen.
Pertumbuhan ini didukung oleh hilirisasi industri yang terus meningkat, pertumbuhan industri otomotif yang mencapai dua digit, serta produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian global value chain.
Baca juga: Bahlil Tetapkan Delapan Sektor Prioritas Hilirisasi Senilai 545,3 Miliar Dolar AS
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan keberhasilan dari hilirisasi ditunjukkan dengan pertumbuhan industri logam dasar yang mencapai 14,8 persen atau tumbuh dua digit.
"Begitu pula dengan industri otomotif yang sebesar 10,67 persen. Kedua produk tersebut juga telah masuk dalam mata rantai global, sehingga dapat dikatakan program hilirisasi yang kita galakkan telah mencapai sasaran. Kami berharap pertumbuhan double digit ini bisa terus berlanjut di tahun 2023," tutur Agus di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Selain itu, pertumbuhan industri dan ekonomi juga disokong oleh konsumsi domestik.
Menurut Badan Pusat Statistik, stabilitas daya beli masyarakat terus terjaga, terlihat dari penjualan mobil penumpang yang meningkat sebesar 18,76 persen (c-to-c), naiknya penjualan sepeda motor sebesar 3,24 persen (c-to-c), serta tumbuhnya penerimaan PPh pasal 21, yang mencapai 18,36 persen (c-to-c).
"Meningkatnya permintaan dari dalam negeri berpengaruh pada aktivitas produksi, sehingga semakin ekspansif," jelas Menperin.
Hal ini nampak pada indikator-indikator seperti Indeks Kepercayaan Industri (IKI), Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia, serta Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia.
Kementerian Perindustrian merilis hasil IKI pada Januari 2023 yang berada di level 51,54 atau naik dibandingkan IKI Desember 2022 yang menyentuh level 50,9.
Sedangkan, S&P Global melaporkan bahwa PMI manufaktur Indonesia pada Januari 2023 sebesar 51,3 naik dibandingkan bulan Desember 2022 di angka 50,9.
BI juga merilis Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia yang mencapai 50,06 persen pada Triwulan IV – 2022. Seluruh indeks tersebut menunjukkan kondisi sektor industri tetap ekspansif.
Karenanya, di tahun 2023, Kemenperin terus mendorong pelaksanaan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
"Dapat dilihat bahwa komitmen Bapak Presiden untuk program ini sangat besar. Terdapat ratusan triliun dari APBN yang dialokasikan untuk pembelian produk-produk industri dalam negeri. Hal ini juga terbukti pada industri elektronika yang mengalami peningkatan," ungkap Agus.
Menurut BPS, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik tumbuh sebesar 7,62 persen, didukung oleh tingginya permintaan pada akhir tahun 2022.
Seiring dengan itu, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada 2022 mencapai 206,35 miliar dolar AS, naik 16,45 persen dari angka tahun 2021 (177,2 miliar dolar AS) dan ditargetkan dapat meningkat hingga 225 miliar dolar AS -245 miliar dolar AS pada 2023.
"Kinerja ekspor kita di tahun 2022 juga sangat luar biasa, bila dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena hilirisasi, peningkatan ini juga dipacu oleh pengalihan-pengalihan produksi dari beberapa negara, yang tadinya mengandalkan suplai dari Rusia atau Ukraina, kemudian mendapatkan pasokan dari Indonesia," ucap Menperin.
Namun demikian, Menperin menyatakan perlunya waspada terhadap kondisi perekonomian global karena konflik yang terjadi masih terus berlangsung.
"Hal ini akan mengakibatkan disrupsi tersendiri terhadap supply chain. Kami di Kemenperin berupaya memberikan kemudahan kepada para pelaku industri melalui berbagai insentif untuk mengurangi dampak yang dirasakan akibat gejolak ekonomi global," terang Agus.