TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Langkah-langkah kebijakan pemerintah terhadap perekonomian dianggap telah tepat.
Selain perekonomian yang tumbuh di atas rata-rata, inflasi pun telah bisa dikendalikan.
Karenanya, Bank Indonesia (BI) pun diperkirakan tidak akan garang lagi menaikkan suku bunga acuan.
Terakhir, suku bunga acuan yang diterapkan oleh BI adalah 5,75 persen.
Baca juga: Inflasi AS Sentuh 6,4 Persen di Januari 2023, Lebih Tinggi dari Ekspektasi Analis
Total, sejak tahun lalu BI telah menaikkan suku bunga acuan total 225 basis poin (bps) sejak Agustus 2022 lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, kenaikan suku bunga acuannya selama ini sudah memadai untuk menjangkar inflasi dan ekspektasi inflasi.
Menyambut hal ini, Bank Permata meyakini BI memang akan menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen setidaknya hingga akhir tahun 2023.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, keputusan ini seiring dengan prospek melandainya inflasi dalam negeri bila dibandingkan tahun 2022.
Tak hanya melandai, inflasi Indonesia diperkirakan bisa kembali ke kisaran sasaran BI yang sebesar 2 persen-4 persen secara tahunan.
"Dengan ekspektasi inflasi yang kembali dalam lintasan target inflasi BI, maka BI berpotensi menahan suku bunganya," terang Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (16/2).
Selain itu, Josua juga melihat pergerakan nilai tukar rupiah yang lebih stabil pada tahun ini. Ditopang oleh langkah stabilisasi nilai tukar rupiah.
"Ada triple intervention dan twist operation, kemudian ada kebijakan devisa hasil ekspor (DHE)," tandasnya.
Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi secara year on year atau tahunan pada Januari 2023 terhadap Januari 2022 sebesar 5,28 persen.