News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sore Ini, Nilai Tukar Rupiah Menguat Tinggalkan Level Rp15.200 per Dolar AS

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawan menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di tempat penukaran uang di Jakarta. Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 8 poin terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp 15.192 per dolar AS, dari penutupan sebelumnya di level Rp15.202 per dolar AS.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 8 poin terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke level Rp 15.192 per dolar AS, dari penutupan sebelumnya di level Rp15.202 per dolar AS.

Pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi meski mengalami penguatan pada sore ini, tetapi diperkirakan rupiah melemah pada perdagangan besok.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 15.170 hingga Rp 15.230 per dolar AS," ujar dia melalui risetnya, Kamis (23/2/2023).

Baca juga: Menjelang Siang, Nilai Tukar Rupiah Bergerak Melemah ke Arah Rp15.200 per Dolar AS

Ibrahim mengungkapkan, sentimen internal yang memengaruhi penguatan rupiah, yakni pasar merespon positif tentang surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada Januari 2023 yang mencapai Rp 90,8 triliun atau setara 0,43 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal tersebut karena surplus kas negara pada bulan lalu jauh lebih tinggi dari surplus APBN pada Januari 2022 yang mencapai Rp 29,6 triliun dan dari Januari 2021 yang mencatat defisit Rp 45,5 triliun.

"Surplus APBN pada Januari 2023 berasal dari lebih tingginya realisasi pendapatan negara yakni Rp 232,2 triliun atau tumbuh 48,1 persen dibanding periode sama tahun lalu dibanding realisasi belanja negara yang sebesar Rp 141,4 triliun atau tumbuh 11,2 persen," kata Ibrahim.

Sementara itu, sentimen eksternal yang memengaruhi, yakni The Greenback melemah pada hari Kamis karena pasar memanas dengan gagasan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed kemungkinan akan tetap pada jalur kenaikan suku bunga yang agresif.

Setelah risalah dari pertemuan kebijakan terakhir memperkuat retorika hawkish bank sentral dan isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS dan kebijakan moneter.

"Pembacaan yang direvisi pada PDB AS kuartal IV akan dirilis hari ini, dengan tanda-tanda berlanjutnya ketahanan ekonomi, memberi Fed lebih banyak ruang kepala untuk terus menaikkan suku bunga. Pembacaan aktivitas bisnis yang lebih kuat dari perkiraan melanjutkan gagasan seperti itu minggu ini," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini