"Saya rasa dampaknya adalah semakin sulit untuk mendapatkan pendanaan dari luar negeri. Hal tersebut juga akan semakin berat mengingat porsi pendanaan dari AS ke startup digital kita cukup besar," kata Nailul saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/3/2023).
Startup RI harus tingkatkan pendanaan dari dalam negeri
Berdasarkan hal tersebut, Nailul mengatakan, para perusahaan rintisan (startup) harus berupaya meningkatkan sumber pendanaan dari dalam negeri.
"Maka dari itu, sumber pendanaan dari dalam negeri perlu ditingkatkan lagi untuk antisipasi hal ini," ujarnya.
Di samping itu, Nailul menilai, bangkrutnya Silicon Valley Bank ini dikarenakan tingkat suku bunga AS meningkat tajam dan pengelolaan dana yang buruk.
Hal tersebut, kata dia, membuat nasabah meminta agar dana ditempatkan ke bank dengan suku bunga lebih tinggi. Selain itu, perusahaan rintisan yang mempunyai hutang ke SVB justru tengah jeblok.
"Kemudian uang SVB di pemerintah pun tenor jangka panjang. Maka SVB kelimpungan mencari dana untuk menutupi likuiditasnya," ucap dia.
Waspadai siklus bisnis
Secara terpisah, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kolapsnya SVB akan berdampak kepada perusahaan rintisan untuk mendapatkan pendanaan.
Karenanya, ia menyarankan agar perusahaan rintisan mulai berhati-hati menghadapi siklus bisnis.
"Saya perhatikan startup harus hati-hati menghadapi siklus bisnis, bisnis itu kan turun naik, kadang siklus bisnis naik, ekspansinya terlalu berlebihan, maka harus terukur," kata David saat dihubungi Kompas.com, Rabu.
David juga mengatakan, pihak perbankan di Indonesia pun hanya sedikit yang mau memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan.
Ia mengatakan, pihak perbankan biasanya melihat profit dari perusahaan rintisan untuk mempertimbangkan pemberian pendanaan.
"Tapi itu bisa dihitung dengan jari, mungkin enggak banyak dari perbankan (berikan pendanaan ke start up)," ujarnya.