Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp15.182 pada Senin pukul 09.09 WIB (27/3/2023).
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah 29 poin.
Di mana sebelumnya pada akhir pekan kemarin (24/3/2023), nilai tukar rupiah di level Rp15.153.
Pengamat Pasar Keuangan, Ibrahim Assuaibi mengatakan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda masih akan terus berlanjut. Namun, diprediksi untuk penutupan hari ini cenderung mengalami penguatan.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Melemah ke Level Rp15.390 per Dolar AS
"Dalam penutupan pasar kemarin (24/3/2023) mata uang rupiah ditutup menguat tajam 192 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 175 point dilevel Rp15.153 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.345," ucap Ibrahim dalam analisanya dikutip, (25/3/2023).
"Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.120 hingga Rp15.190," sambungnya.
Ibrahim juga membeberkan penguatan rupiah pada akhir pekan kemarin dipengaruhi sejumlah faktor, baik eksternal maupun internal.
Untuk faktor eksternal, melemahnya rupiah didorong terjadinya fluktuasi pada indeks dolar AS imbas adanya kebijakan Federal Reserve.
"The Fed menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin pada hari Rabu, tetapi menghilangkan bahasa tentang peningkatan yang sedang berlangsung yang diperlukan untuk mendukung beberapa kenaikan tambahan," ucap Ibrahim.
Sementara untuk faktor internal, penguatan rupiah terdorong perkiraan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menyebutkan bahwa negara berkembang di kawasan Asia termasuk Indonesia diprediksi tak akan terlalu terdampak dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi global karena bergulirnya ekonomi China.
Selain itu, OECD memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun 2023 hingga 2024 akan melandai.
"Selain prospek positif pertumbuhan ekonomi Indonesia dan negara sebaya, OECD tetap melihat tantangan yang membayang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," pungkas Ibrahim.