Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Pendiri Alibaba, Jack Ma, untuk pertama kalinya muncul di depan publik di China setelah lama menghilang.
Kemunculan miliarder China itu berpotensi menjadi penanda bahwa Pemerintah Beijing berupaya memadamkan kekhawatiran di sektor teknologi negara itu, setelah memberikan tindakan keras selama dua tahun ini.
Melansir dari Al Jazeera, Jack Ma tidak pernah terlihat di depan publik sejak akhir 2020 setelah memberikan pidato yang mengkritik regulator China.
Atas pidatonya tersebut, Beijing menarik rencana penawaran umum perdana perusahaan afiliasi Alibaba, Ant Group.
Tidak hanya itu, pemerintah China juga mengenakan denda spektakuler sebesar 2,75 miliar dolar AS kepada Alibaba atas pelanggaran aturan anti-monopoli dan penyalahgunaan posisinya yang dominan di pasar.
Denda tersebut merupakan denda antitrust tertinggi yang pernah dijatuhkan di China. Nilai denda itu setara dengan sekitar 4 persen pendapatan Alibaba pada 2019.
Ma dilaporkan tinggal di Jepang hampir sepanjang tahun 2022. Dia kembali ke China pada pekan lalu, menurut keterangan seorang sumber kepada Reuters.
Tidak diketahui berapa lama Jack Ma akan menetap di China.
Sambangi Sekolah
Jack Ma terlihat mengunjungi sebuah sekolah yang didirikan oleh mitra Alibaba di kota Hangzhou pada Senin (27/3/2023), menurut unggahan di akun media sosial resmi sekolah tersebut.
Miliarder itu dilaporkan bertemu dengan staf sekolah dan berkeliling ke ruang-ruang kelas sebelum berbincang mengenai tantangan yang mungkin ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (AI) terhadap pendidikan.
Baca juga: Miliarder Jack Ma Serahkan Kendali Raksasa Fintech China Ant Group
"ChatGPT dan teknologi serupa hanyalah awal dari era AI," kata Ma dalam postingan tersebut.
“Kita harus menggunakan kecerdasan buatan untuk memecahkan masalah alih-alih dikendalikan olehnya,” sambungnya.
Ma adalah salah satu target paling terkenal dari tindakan keras pejabat China atas dugaan praktik anti-persaingan oleh beberapa nama-nama besar di bidang teknologi negara itu.
Baca juga: Jack Ma Terlihat Berada di Thailand di Tengah Rencananya Melepaskan Ant Group
Hal tersebut didorong oleh kekhawatiran bahwa perusahaan internet besar dapat mengendalikan terlalu banyak data pengguna dan berkembang terlalu cepat.
Ant Group mengatakan Ma telah menyerahkan kendali atas perusahaan teknologi finansial (fintech) tersebut, dan perusahaan telah menyesuaikan struktur kepemilikannya sehingga "tidak ada pemegang saham, sendiri atau bersama dengan pihak lain, yang akan memiliki kendali atas Ant Group."
Sebagai tanda bahwa tindakan keras regulator China sekarang mulai mengendur, pihak berwenang mengatakan pada Desember tahun lalu Ant Group telah mendapatkan persetujuan untuk mengumpulkan 10,5 miliar yuan atau sekitar 1,5 miliar dolar AS untuk unit bisnis konsumennya.
Baca juga: Jack Ma Dikabarkan Muncul di Hong Kong, Harga Saham Alibaba Sempat Melonjak 18 Persen
Analis mengatakan kemunculan Ma dapat memberikan dukungan bagi melunaknya sikap pemerintah terhadap sektor swasta, ketika para pemimpin China berusaha menopang ekonomi yang terpukul oleh pandemi COVID-19.
"Kembalinya Ma Meningkatkan sentimen platform yang lebih luas dan industri internet", kata kepala investasi di Beijing Yunyi Asset Management, Zhang Zihua.
“Karena itu berarti kepemimpinan puncak yang baru memang telah mengkaji ulang posisi dan pentingnya perusahaan platform dalam pembangunan ekonomi China,” tambahnya.
Saham Alibaba melonjak lebih dari 4 persen setelah berita kembalinya Ma ke China sebelum akhirnya menyerahkan sebagian keuntungannya dari lonjakan tersebut.
Serahkan Kendali Ant Group
Sebelumnya, Jack Ma dikabarkan menyerahkan kendali atas raksasa fintech Ant Group, setelah tindakan keras Pemerintah China terhadap sektor teknologi dan menargetkan dirinya.
Ant Group mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (7/1/2023), menyatakan sedang menyesuaikan struktur kepemilikannya sehingga "tidak ada pemegang saham, sendiri atau bersama dengan pihak lain, yang akan memiliki kendali atas Ant Group".
Mengutip Al Jazeera, pada November 2020 penawaran umum perdana (IPO) Ant Group senilai 37 miliar dolar AS dibatalkan pada menit-menit terakhir diselenggarakannya IPO tersebut.
Hal Ini menyebabkan restrukturisasi paksa perusahaan teknologi keuangan itu dan munculnya spekulasi bahwa Jack Ma harus menyerahkan kendalinya.
Jack Ma secara tidak langsung menguasai 53,46 persen saham Ant Group, membuatnya menjadi "pengendali" perusahaan.
Namun, sekarang dia hanya akan memegang 6,2 persen hak suara setelah penyesuaian, menurut informasi dalam pernyataan itu.
“Penyesuaian sedang diterapkan untuk lebih meningkatkan stabilitas struktur perusahaan kami dan keberlanjutan pengembangan jangka panjang kami,” kata pernyataan Ant Group.
Sepuluh orang, termasuk pendiri, manajemen dan staf Ant Group akan “menggunakan hak suara mereka secara independen", kata perusahaan itu.
Seorang analis modal, Andrew Collier, mengatakan bahwa China memiliki dua masalah dengan Jack Ma.
Collier menjelaskan, Ma adalah "miliarder yang didanai dengan baik dan sangat populer yang mengendalikan dua perusahaan besar" dan dia mulai bersaing dengan beberapa bank milik negara di China yang merupakan "tulang punggung ekonomi" Negeri Tirai Bambu.
"Untuk dua alasan itu, mereka mengira dia adalah ancaman dan mereka mengurangi ukurannya," ungkap Collier.
Ant Group sendiri mengoperasikan Alipay, platform pembayaran digital terbesar di dunia, yang memiliki ratusan juta pengguna bulanan di China dan negara-negara lain.
Tindakan Keras Pemerintah China
Penyerahan kendali Ma terjadi ketika Ant Group hampir menyelesaikan restrukturisasi yang didorong oleh peraturan ketat selama dua tahun terakhir, dengan otoritas China siap untuk mengenakan denda lebih dari 1 miliar dolar AS pada perusahaan tersebut, menurut laporan Reuters pada November.
Dalam pidatonya di pertemuan puncak di Shanghai, Jack Ma mengatakan Ant Group beroperasi dengan "mentalitas pegadaian" dan menuduh pengawas keuangan telah menghambat pertumbuhan perusahaan itu.
Denda yang menjadi bagian dari tindakan keras Beijing terhadap raksasa teknologi negara itu selama dua tahun terakhir, telah memotong ratusan miliar dolar AS dari kapitalisasi pasar mereka serta menyusutkan pendapatan dan keuntungan.
Namun, otoritas China dalam beberapa bulan terakhir telah melunakkan langkah mereka pada tindakan keras terhadap sektor teknologi di tengah upaya untuk meningkatkan ekonomi China yang sangat dirugikan oleh pandemi COVID-19.
“Dengan ekonomi China dalam keadaan yang sangat demam, pemerintah mencari sinyal komitmennya terhadap pertumbuhan, dan teknologi, sektor swasta adalah kunci untuk itu seperti yang kita ketahui,” kata ketua perusahaan penasehat investasi BDA China, Duncan Clark.
“Setidaknya investor Ant sekarang memiliki beberapa jadwal untuk keluar setelah lama tidak pasti,” tambah Clark.
Pemerintah China juga memukul Alibaba, raksasa internet yang didirikan oleh Jack Ma yang mengoperasikan platform belanja populer Taobao dan Tmall, dengan rekor denda mencapai 2,75 miliar dolar AS atas dugaan praktik monopoli.