Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri semen menghadapi tantangan sepanjang 2022 dengan permintaan pasar mengalami penurunan karena minimnya pembangunan.
Wakil Presiden Direktur Cemindo Gemilang, Vince Indigo mengatakan, di Indonesia sendiri penurunan permintaan pasar terjadi sekitar 4 persen.
Begitu juga dengan pasar kedua terbesar Cemindo Gemilang, yakni Vietnam yang mengalami stagnan.
Meskipun begitu, pihaknya tetap bersyukur karena masih mencatatkan pertumbuhan yang baik pada 2022.
Baca juga: Empat Bank Kucuri Kredit Sindikasi Berkelanjutan Senilai Rp901,42 Miliar ke Semen Baturaja
“Kami bersyukur pendapatan kedua pasar secara keseluruhan pada 2022 masih tercatat tumbuh sekitar 17,02 persen dibanding 2021," ungkap Vince dalam keterangannya, Sabtu (1/4/2023).
Disampaikan bahwa pertumbuhan tersebut dikontribusi dari kerja sama yang baik dengan distributor hingga pengambilan keputusan yang efektif demi menjangkau pasar yang lebih luas lagi di dalam negeri.
Dirinya membeberkan, terkait kinerja operasional pada tahun 2022 terjadi kenaikan biaya energi dan biaya pengangkutan yang tinggi.
Hal ini mengakibatkan biaya penjualan dan distribusi meningkat tajam pada 2022 dibanding sebelumnya.
Namun hal tersebut bisa teratasi atas keputusan tepat manajemen, yakni dengan mengamankan bahan baku dengan harga yang kompetitif, inovasi produk dan ditambah dengan sedikit kenaikan harga Semen.
Adapun marjin laba kotor mengalami peningkatan dari 25,65 persen menjadi 26,05 persen.
Sementara laba operasional sedikit menurun dari Rp 1.117 miliar menjadi Rp 1.060 miliar.
"Sementara EBITDA sebesar Rp 1.827 miliar pada 2022 berada pada level yang sama dengan pada 2021," jelas Vince.
Direktur Keuangan Cemindo Gemilang Ameesh Anand menambahkan, untuk laporan keuangan tahun ini, laba komprehensif mengalami kerugian lebih dari Rp 550 miliar untuk tahun 2022 akibat rupiah yang terdepresiasi. Pasalnya, hutang dalam kurs dollar.
"Ini karena Cemindo memiliki pendapatan ekspor yang besar yang secara alami melakukan lindung nilai terhadap pinjaman ini, di mana USD memiliki suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman IDR. Kerugian ini belum direalisasi dan sepenuhnya bersifat non-tunai," ungkap dia.
Pihaknya juga terus memantau pergerakan utang dan mengoptimalkan biaya keuangan semaksimal mungkin.
Hal ini pun berbuah hasil dengan Cemindo dapat mengurangi beban bunganya dari Rp 681 miliar menjadi Rp 628 miliar pada 2022.
Selain itu, ia juga menyampaikan akan terus fokus mengembangkan pasar di Indonesia serta Vietnam dan memantau perkembangan kebijakan dengan tepat.
Hal ini didorong dengan adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur.
"Ditambah dengan rilis tekanan inflasi dan suku bunga turun di tahun 2023, kami optimis bahwa kami akan memberikan satu tahun lagi pertumbuhan berkelanjutan di 2023 kepada semua pemangku kepentingan kami," seru Vince.