Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Bursa saham Asia naik tipis pada perdagangan hari ini, Senin (10/4/2022), menyusul menguatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan depan.
Dikutip dari Reuters, indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,12 persen, sedangkan indeks Nikkei Jepang naik 0,5 persen. Sementara bursa saham Australia, Hong Kong dan Eropa tutup untuk merayakan Paskah.
E-mini berjangka untuk S&P 500 turun 0,02 persen, sementara Nasdaq yang sensitif terhadap suku bunga bersiap untuk pembukaan yang lebih rendah dengan Nasdaq 100 e-minus turun 0,25 persen.
Baca juga: Saham di Bursa Asia Anjlok, Akuisisi Credit Suisse Gagal Redam Kepanikan Investor
Saham-saham China tergelincir pada hari ini, dengan Indeks CSI300 turun 0,32 persen lebih rendah, sementara Indeks Komposit Shanghai tergelincir 0,16 persen di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di sekitar Selat Taiwan.
China mengumumkan latihan militer selama tiga hari pada Sabtu (8/4/2023), menyusul kembalinya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Taipei setelah pertemuan di Los Angeles dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
Militer China melakukan latihan blokade udara dan laut di sekitar Taiwan pada hari ini, dengan sebuah kapal induk China bergabung dalam patroli tempur ketika Taipei melaporkan lonjakan pesawat tempur di dekat pulau tersebut.
Sementara dolar AS mengawali pekan ini dengan kenaikan setelah data pekerjaan AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat, memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.
Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis pada Jumat (7/4/2023), menunjukkan nonfarm payrolls meningkat 236.000 pekerjaan pada bulan lalu, sedikit di bawah 239.000 yang diperkirakan oleh para ekonom dalam jajak pendapat Reuters.
Laporan yang diawasi dengan ketat ini juga menunjukkan kenaikan upah tahunan melambat namun tetap tinggi untuk target inflasi 2 persen dari bank sentral AS.
Pasar tenaga kerja masih terlalu ketat bagi the Fed untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen tanpa kenaikan suku bunga lebih lanjut, kata kepala ekonom di Bank of Singapore, Mansoor Mohi-uddin.
"Para investor mengantisipasi bahwa kegagalan bank-bank di AS bulan lalu akan memaksa the Fed untuk menurunkan suku bunga, namun para pejabat memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi akan membuat the Fed tidak mungkin melonggarkan kebijakan tahun ini," ungkapnya.
Pasar saat ini memperkirakan peluang 66 persen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 2 sampai 3 Mei 2023, naik dari 49,2 persen pada Kamis (6/4/2022) sebelum data tenaga kerja AS dirilis, menurut alat CME FedWatch.
Fokus investor saat ini akan beralih ke laporan inflasi yang akan dirilis pada Rabu (12/4/2023).
Data inflasi akan membentuk jalur yang akan diambil oleh The Fed dalam perjuangannya melawan kenaikan harga. Notulen rapat terakhir bank sentral AS pada bulan lalu juga dijadwalkan akan dirilis pada Rabu.
Dengan meningkatnya kekhawatiran resesi, para investor bertaruh bahwa kekacauan dalam sistem perbankan yang dipicu oleh runtuhnya Silicon Valley Bank pada bulan lalu akan memperketat kondisi kredit.
Para trader semakin yakin the Fed akan memangkas suku bunga pada paruh kedua untuk menangkal penurunan ekonomi.
Namun, beberapa analis melihat adanya ketidaksesuaian antara kemungkinan langkah The Fed dan ekspektasi pasar.
"Tidak hanya inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang masih kuat yang membuat pemangkasan suku bunga tidak mungkin terjadi," menurut para ahli strategi Citi.
"Namun kami melihat inflasi yang terlalu kuat secara terus-menerus akan menyebabkan kenaikan lebih lanjut, " tambah mereka.
Imbal hasil Treasury AS bertenor dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, turun menjadi 3,951 persen, setelah ditutup pada 3,993 persen dalam perdagangan singkat hari Jumat.
Sementara Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun berada di 3,372 persen.
Baca juga: Bursa Asia Jatuh Jelang Pengumuman Data Ekonomi Pekan Ini
Bagian dari kurva imbal hasil obligasi AS yang diawasi secara ketat yang mengukur selisih antara imbal hasil obligasi dua dan 10 tahun, yang dilihat sebagai indikator ekspektasi ekonomi, berada di -57,7 basis poin.
Kurva ini telah terbalik sejak Juli tahun lalu dan biasanya memprediksi resesi.
Di pasar mata uang, indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,225 persen menjadi 102,25, naik dari level terendah dua bulan di 101,40 yang disentuh indeks dolar pada minggu lalu.
Euro turun 0,06 persen menjadi 1,0891 dolar AS, sementara poundsterling terakhir berada di level 1,24, dolar AS turun 0,10 persen pada hari ini.
Yen melemah 0,41 persen menjadi 132,69 per dolar AS seiring dengan gubernur bank sentral Jepang yang baru Kazuo Ueda mengambil alih jabatan dari Haruhiko Kuroda.
Ueda, yang mulai menjabat pada bulan ini, akan mengadakan konferensi pers perdananya pada hari ini pukul 10.15 GMT.
Emas spot turun 0,8 persen menjadi 1,992.35 dolar AS per ons. Emas berjangka AS turun 0,95 persen menjadi 1.992,80 dolar AS per ons.
Minyak mentah AS turun 0,09 persen menjadi 80,63 dolar AS per barel dan Brent berada di 85,00 dolar AS, turun 0,14 persen pada perdagangan hari ini.