TRIBUNNEWS.C0M – Simak profil Earl Tupper, sosok pendiri Tupperware, pabrik wadah makanan ternama asal AS yang saat ini nasibnya terancam gulung tikar.
Tupper merupakan penemu dari Tupperware, wadah penyimpanan makanan dan minuman yang mendunia.
Lahir dari keluarga petani, Tupper menghabiskan masa mudanya di New England Amerika Serikat dengan berternak dan berkebun.
Ambisiusnya untuk mendapatkan satu juta dolar pertamanya pada saat dia berusia tiga puluh tahun.
Mendorong pria satu ini untuk menciptakan sejumlah perangkat hemat tenaga.
Baca juga: Sejarah Tupperware, Kini Terancam Bangkrut, Saham Anjlok 90 Persen Selama 1 Tahun
Sayang, krisis ekonomi yang dikenal dengan depresi besar memaksa usaha pertamanannya gulung tikar.
Beruntung, dirinya mendapat kesempatan bekerja di Viscaloid, sebuah pabrik cabang perusahaan kimia DuPont.
Memasuki tahun 1936, Tupper mulai aktif berkecimpung di industri plastik sambil mengerjakan penemuan baru yang inovatif.
Memasuki 1938 pria yang dikenal sebagai insinyur kimia ini makin serius membangun usaha di bidang plastik. Dengan mendirikan perusahaan kecil – kecilan bernama Tupper Plastics.
Seiring berjalannya waktu perusahaan Tupper Plastics itu mulai dilirik para investor.
Bahkan ditengah gejolak perang dunia ke II, Tupper Plastics berhasil mendapatkan kontrak untuk membuat masker gas dan lampu sinyal Angkatan Laut.
Tak hanya itu Tupper juga turut memproduksi mencetak wadah sabun dan wadah rokok dari bahan plastik.
Penemu Produk plastik ramah lingkungan
Baca juga: Sejarah Bisnis Tupperware: Dulu Berjaya Kini di Ambang Kebangkrutan karena Krisis Keuangan
Earl Tupper yang telah berkecimpung di industri plastik selama 77 tahun.
Akhirnya menemukan metode baru untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene yang di bentuk menjadi mangkuk, cangkir, piring ringan yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau.
Produk tersebut kemudian dinamai sebagai Tupperware.
Tak sampai disitu Tupper kembali meluncurkan inovasi baru.
Dengan menciptakan wadah yang kedap udara dan kedap air, namun awet dan tahan lama.
Inovasi ini di gagas Earl Tupper untuk mengurangi limbah plastik, lantaran merek Tupperware didesain agar bisa dipakai berulang kali.
Sehingga bisa mengurangi pemakaian plastik sekali pakai yang berkontribusi merusak lingkungan, seperti yang dikutip dari situs Plasticshof.
Tupperware bahkan telah memenuhi standar ketentuan plastik FDA, EFSA, dan FS.
Dengan keunggulan ini tak sedikit ibu – ibu di berbagai belahan dunia yang memilih untuk menggunakan Tupperware.
Karena produk Tupperware dinilai awet dan murah ketimbang produk plastik yang lainnya.
Popularitasnya yang sempat meledak bahkan membuat Tupperware memiliki nilai yang begitu berharga.
Hingga beberapa tahun lalu sempat tersiar kabar apabila produk tersebut bisa digadaikan bila pemiliknya butuh dana segar.
Penjualan Tupperware Meledak
Meledaknya penjualan Tupperware beberapa dekade lalu,.
Tak lepas dari upaya Tupper dan asistennya marketingnya Brownie Wise yang mempopulerkan produk Tupperware melalui metode pemasaran langsung atau Tupperware Parties.
Dengan menerapkan metode ini Tupperware sukses menguasai pasar Amerika dan Eropa.
Bahkan ditengah ancaman krisis akibat pandemi Covid-19 yang menimpa pasar global, Tupperware berhasil mencatat lonjakan laporan keuangnnya di kuartal III 2020.
Dimana saat itu pendapatan kuartalan Tupperware meroket hingga 41 persen mencapai 477,2 juta dolar AS.
Gagal Membidik Konsumen Muda
Baca juga: Sempat Raih Pendapatan 2,67 Juta Dolar AS, Kini Tupperware Diambang Kebangkrutan
Memasuki tahun 2022, produk wadah makanan besutan Tupper perlahan mulai gagal menarik perhatian pelanggan yang lebih muda.
Customer menilai produk Tupper kurang trendi bila dibandingkan dengan sejumlah merek lainnya, seperti migle atau Corkcicle.
Alasan tersebut yang membuat Tupperware mulai kehilangan pangsa pasar, hingga terancam mengalami kebangkrutan.
“Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya,” kata Neil Saunders, analis ritel dan direktur pelaksana di Global Data Pengecer.
(Tribunnews.com/Namira Yunia Lestanti)