Laporan Wartawan Tribunnews Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) terancam gagal bayar utang karena batas atau limitnya sudah mentok di 31 triliun dolar AS atau sekira Rp 460 ribu triliun.
Pengamat dan praktisi sustainable finance Rizky Wisnoentoro mengatakan, hal yang menambah kompleks situasi ini adalah ketegangan blok yang berujung pada maraknya isu dedolarisasi atau proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk transaksi.
"Jadi tak hanya terhadap rupiah, dolar AS kini tampak tertekan dari banyak lini. Termasuk, kemunculan BRICS," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, ditulis Minggu (30/4/2023).
Baca juga: Analis Sebut Tren Dedolarisasi Jadi Tantangan Baru, Ini Dampaknya ke Stabilitas Rupiah
Di sisi yang lain, yang menarik untuk dikaji, apakah betul akan terjadi upaya pengimbangan terhadap dominasi AS di dunia.
"Sejak awal milenium, 2005 misalnya, gejala ini sudah terlihat. Belajar dari 2008 Lehman Brothers, kapitalisme dunia berevolusi menemukan keseimbangannya yang baru," kata Rizky.
Menurutnya, kini dengan bermunculan poros blok kekuatan baru, maka dalam 5 tahun ke depan situasi volatilitas tidak terelakkan.
Ditambah dengan tekanan dari sisi lingkungan dan pengentasan kemiskinan, maka setelah 2030 sampai sekira dekade 2040 hingga 2050, akan mulai terjadi siklus dan keseimbangan baru secara global.
"Saya pribadi berharap bahwa Indonesia tak hanya mampu bertahan. Tetapi, juga menjadi salah satu poros baru kekuatan socio-economic di dunia," pungkasnya.