News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Buruh

Peringatan May Day: Sejarah, Tokoh Berpengaruh Hingga Tuntutan Pekerja di Hari Buruh Internasional

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi May Dy

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, SWISS - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)  menetapkan tema Hari Buruh 2023 adalah World Day for Safety and Health at Work atau Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sedunia.

Tema kali ini diambil ILO setelah melakukan perundingan dengan para ahli, tema tersebut diangkat sebagai pengingat bagi perusahaan top global untuk tetap menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat serta menjaga prinsip dasar dan hak di tempat kerja

Hari Buruh Internasional 2023 atau May Day akan diperingati setiap hari pertama bulan Mei, tepatnya pada tanggal 1 Mei. Peringatan ini bahkan sudah dicanangkan 80 negara di dunia termasuk Indonesia.

Lantas, apa itu Hari Buruh Nasional, berikut ini ulasan lengkap mengenai pengertian, sejarah May Day serta daftar tokoh berpengaruh May Day hingga tuntutan pokok para pekerja di hari buruh

Baca juga: Partai Buruh Akan Angkat 7 Isu Saat May Day, Cabut Omnibus Law Cipta Kerja Hingga Tolak Upah Murah

internasional.

Pengertian May Day

May Day merupakan gerakan para serikat buruh dan pekerja di seluruh belahan dunia untuk mengenang perjuangan para buruh dalam menyuarakan aspirasi mereka.

Di moment ini mereka biasanya akan berkumpul melakukan aksi unjuk rasa menuntut hak-hak pekerja yang selama ini di bungkam perusahaan.

Sejarah May Day

Peringatan May Day atau Hari Buruh Nasional mengacu pada peristiwa bersejarah ketika serikat buruh di Chicago Amerika Serikat yang melakukan aksi demonstrasi besar-besaran.

Aksi demonstrasi itu digelar pada tanggal 1 Mei 1886 dan diikuti oleh kelompok sosialis, serta serikat buruh.

Para buruh saat itu melakukan demonstrasi untuk menuntut agar jam kerja dikurangi menjadi maksimal 8 jam. Tuntutan tersebut sengaja disuarakan para buruh lantaran mereka jam kerja yang diberlakukan perusahaan di abad 19 dianggap tak wajar.

Ini lantaran banyak perusahaan yang memaksa buruh bekerja selama lebih dari 18 jam dalam sehari. Hingga akhirnya kerusuhan Haymarket kemudian pecah.

Karena ratusan ribu buruh di AS berusaha menghentikan dominasi kelompok borjuis, kelompok pemilik modal. Namun, aksi tersebut berubah menjadi peristiwa berdarah lantaran polisi menembaki para buruh.

Peristiwa itu kemudian dikenang sekaligus diperingati sebagai Hari Buruh oleh Presiden AS Grover Cleveland mulai dari tahun 1891.

Baca juga: Partai Buruh Akan Buat Pernyataan Sikap Soal Capres 2024 Saat May Day

May Day Menyebar ke Eropa

Tak lama setelah May Day menjadi peringatan penting di AS, kawasan Eropa juga turut mengadopsi peringatan Hari Buruh sebagai bentuk perlawanan terhadap kapitalisme.

Sejumlah negara blok Timur dan Uni Soviet bahkan menjadikan Hari Buruh atau May Day sebagai hari libur nasional tepatnya setelah Eropa mengalami kebangkitan Nazi.

Tokoh Pencetus Hari Buruh

J McGuire, seorang pemimpin serikat pekerja United Brotherhood of Carpenters dikenal sebagai pencetus Hari Buruh internasional.

McGuire yang lahir di Irlandia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang serba kekurangan. Kemiskinan bahkan membuatnya terpaksa berhenti dari sekolah pada usia 11 tahun.

Meski begitu McGuire menyempatkan diri untuk mengikuti kelas belajar malam gratis di Cooper Union. Hingga akhirnya pada tahun 1867, McGuire dipekerjakan sebagai tukang pembuat piano, di Toko Piano Haines.

Akan tetapi selama bekerja di toko tersebut McGuire dihadapkan sejumlah tekanan seperti jam kerja yang panjang, serta upah rendah, hingga akhirnya McGuire nekat memimpin perlawanan atas pemotongan upah yang ada di kota Haines.

Imbas perbuatannya McGuire terancam dipecat dari tempatnya bekerja. Kendati demikian McGuire tak patah arah, pada Mei 1874 McGuire bahkan membantu para buruh untuk mendirikan Partai Sosial Demokrat, yang kemudian berubah nama menjadi Partai Sosialis Buruh.

Baca juga: Partai Buruh Akan Deklarasi Koalisi Kecil Saat Peringatan May Day di Istora Senayan

Perlahan-lahan, serikat pekerja tumbuh dari 2.042 anggota pada 1881 menjadi 5.789 pada 1885, dikutip dari laman Departemen Tenaga Kerja AS, dol.gov.

Pencetus May Day di Indonesia

Di Indonesia, Hari Buruh diperingati pada masa kolonial Hindia Belanda. Peringatan ini dimulai oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee pada 1 Mei 1918

Pada saat itu Adolf Baars, seorang tokoh sosialis asal Belanda memprotes harga sewa tanah milik para buruh yang terlalu murah untuk dijadikan sebuah perkebunan.

Adolf juga memprotes tindakan para colonial yang telah melakukan pemotongan gaji. Hal ini yang kemudian mendorong para untuk menggelar protes pada 1 Mei.

Pada tahun 1926, peringatan Hari Buruh sempat ditiadakan. Namun, pada 1 Mei 1946, Kabinet dari Sjahrir kembali melegalkan peringatan Hari Buruh.

Hal ini ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1948 yang mengatur bahwa setiap 1 Mei, buruh dan pekerja boleh untuk tidak bekerja. UU tersebut juga mengatur atas perlindungan anak serta hak-hak perempuan sebagai seorang pekerja.

Kemudian di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang jatuh pada 1 Mei 2013 ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional. Pada kesempatan ini para buruh juga diperbolehkan menuntut hak-haknya.

Tuntutan Buruh Jelang Peringatan May Day 2023

Dalam peringatan hari buruh yang digelar pada 1 Mei 2023, diperkirakan para serikat buruh Indonesia akan menyuarakan sejumlah isu.

Diantaranya seperti pencabutan UU No.6 Tahun 2023 tentang Penetapan Perppu No.2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi UU. Penolakan UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Serta penolakan terhadap UU 6/2023 ke Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah membuat rugi pekerja berstatus kontrak di perusahaan outsourcing.

Ini lantaran UU tersebut telah membuat upah dihargai lebih dan memudahkan perusahaan lebih mudah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tak hanya itu dalam peringatan May Day besok, serikat buruh Indonesia juga menyerukan langkah penolakan RUU Kesehatan.

Penolakan itu bukan tanpa alasan, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kredibilitas dokter, dan mencegah potensi masalah yang akan muncul usai pengelolaan dana Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berpindah tangan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini