TRIBUNNEWS.COM -- Gerakan de-dollarization atau de-dolarisasi mulai merambah belahan dunia.
Gerakan negara-negara meninggalkan dolar AS sebagai mata uang dalam bertransaksi antar negara dilakukan dengan berbagai alasan.
Pada intinya negara-negara tersebut mulai merasa dirugikan akibat terlalu superiornya dolar terhadap mata uang mereka.
Gerakan tersebut dimulai oleh Rusia yang saat menginvasi Ukraina dilarang oleh AS bertransaksi menggunakan dolar AS.
Baca juga: Analis Sebut Tren Dedolarisasi Jadi Tantangan Baru, Ini Dampaknya ke Stabilitas Rupiah
Namun kemudian Rusia justru semakin perkasa dengan mata uang rubel-nya.
Kemudian negara-negara lain pun mengikutinya, bahkan negara ASEAN pun kini mulai mengikuti langkah Negeri Beruang Merah tersebut.
Dalam upaya ini, negara-negara yang meninggalkan dollar tersebut akan beralih menggunakan mata uang lokal maupun yuan China saat melakukan transaksi.
Tidak hanya China dan Rusia, rencana de-dolarisasi juga muncul dari negara-negara lain di belahan Bumi lainnya, termasuk Indonesia.
Berikut deretan negara yang mulai bergerak meninggalkan dolar AS dikutip dari Kontan.co.id.
1. Rusia
Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa dua pertiga dari perdagangan bilateral antara Rusia dan China dilakukan dalam mata uang rubel dan renminbi.
Dilansir dari Geopolitical Economy, kedua negara tersebut memiliki 80 proyek bilateral penting senilai sekitar 165 miliar dolar AS. Mereka bekerja sama dalam bidang energi, konstruksi pesawat sipil, pembuatan kapal, dan manufaktur mobil.
Tidak hanya itu, Putin juga mendukung penggunaan yuan China dalam transaksi antara Federasi Rusia dan mitranya di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Baca juga: Dedolarisasi, Indonesia-Korea Selatan Sepakat Gunakan Mata Uang Lokal untuk Transaksi Bilateral
2. China