Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami surplus sebesar Rp 234,7 triliun pada April 2023.
Bendahara negara itu mengatakan, jumlah tersebut setara 1,12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Posisi APBN hingga April mengalami surplus sebesar Rp 234,7 triliun atau 1,12 persen dari PDB," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, dikutip Selasa (23/5/2023).
Baca juga: Syarief Hasan: Proyek Kereta Cepat Harus Dievaluasi, Skema Jaminan APBN Harus Ditolak
Sri Mulyani mengatakan, kinerja APBN bulan April telah berhasil mencetak surplus selama empat bulan berturut-turut.
Selain itu, kinerja positif APBN tersebut, ditopang oleh penerimaan negara yang mencapai Rp 1000,05 triliun atau 40,6 persen dari APBN, tumbuh 17,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Jadi, dalam empat bulan pertama dari APBN Kita, kita mengalami surplus baik di keseimbangan primer maupun total overall balance dari APBN Kita," ungkapnya.
Disamping itu, Menkeu Sri Mulyani mencatat, belanja negara juga tumbuh positif sebesar Rp 765,8 triliun.
Kata dia, jumlah itu setara 25 persen dari total belanja tahun ini, atau naik 2 persen dibandingkan dengan tahun kemarin.
Kemudian, lanjut Ani, harga komoditas terutama harga energi dan pangan per akhir April 2023 juga menunjukan tren penurunan.
Hal tersebut berdampak pada penurunan tingkat inflasi dan ketahanan Indonesia, terhadap tingkat suku bunga acuan di berbagai negara.
"Ini menggambarkan posisi Indonesia yang resilient terhadap kenaikan suku bunga yang sangat tinggi dari berbagai negara dan bahkan juga di Indonesia kita masih bertahan, ini hal positif yang kita jaga,” ungkapnya.
Baca juga: Apdesi Minta APBN 10 Persen untuk Dana Desa Harga Mati, Berikut Alasannya
Menkeu juga menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2023 Indonesia menunjukan angka 5,03 persen, kata dia, nilai itu masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan mayoritas negara-negara lain di Eropa dan Asean yang ekonominya masih mengalami perlemahan.
Dikatakan Menkeu Ani, pertumbuhan ini didukung oleh sisi demand dan sisi supply secara seimbang.
Sejalan dengan hal itu, sisi produksi, manufaktur, perdagangan, pertambangan, transportasi, serta sektor makanan, minuman dan akomodasi juga mengalami lonjakan pertumbuhan seiring dengan semakin terkendalinya pandemi dan normalisasi kegiatan ekonomi masyarakat.
"Kalau kita lihat dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang mulai terkendali maka juga kita lihat pengangguran dan kemiskinan mulai mengalami penurunan yang konsisten," tegas Ani.