Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Menteri keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengungkapkan hubungan ekonomi negaranya dengan pemerintah China yang sempat memanas akibat aturan boikot, kini mulai menunjukkan titik terang.
Pernyataan tersebut disampaikan langsung oleh Yellen setelah menggelar lawatan bersama sejumlah pejabat senior China selama 10 jam di ibu kota Beijing, pada Sabtu (8/7/2023).
Dalam keterangan resminya Yellen mengakui bahwa AS dan China masih memiliki perbedaan pendapat yang cukup signifikan, meski begitu Yellen menegaskan bahwa negaranya akan terus menjalin kerjasama ekonomi dengan pemerintah China.
Baca juga: Inflasi Konsumen Korea Selatan Capai Rekor Terendah dalam 21 Bulan
"Pembicaran digelar secara efektif dan substantif, saya rasa kita telah membuat beberapa kemajuan dan saya rasa kita dapat memiliki hubungan ekonomi yang sehat yang menguntungkan bagi AS dan China," ujar Yellen.
Yellen berharap dengan kunjungan kerja yang ia lakukan dapat memacu komunikasi yang lebih teratur antara AS dan China, mengingat selama beberapa bulan terakhir hubungan keduanya terus memanas.
"Tidak ada pertemuan yang bisa menuntaskan tantangan kita dalam satu malam. Tetapi saya harap kunjungan ini akan membantu membangun komunikasi yang produktif dan ulet," kata Yellen.
Kunjungan seperti ini bukan kali pertama yang digelar AS, sebelumnya pemerintah Washington telah lebih dulu mengutus Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk memperbaiki hubungan Washington dan Beijing yang retak akibat tragedi balon mata-mata China yang melintas di wilayah udara AS.
Imbas tragedi tersebut keduanya bahkan kerap melakukan konfrontasi yang memicu terjadinya peperangan, seperti tindakan pemerintah Amerika yang diam - diam menerjunkan kapal perang ke kawasan laut China.
Baca juga: Jerman Diprediksi Lolos Dari Jurang Resesi pada Q1 2023
Tak hanya itu pemerintah AS juga baru - baru ini turut memberlakukan sejumlah larangan diantaranya menerapkan tarif impor miliaran dolar untuk produk-produk buatan China, serta pembatasan ekspor chip memori komputer.
Sayangnya cara tersebut kian memicu timbulnya perang dingin hingga pekan lalu pemerintah China ikut membatasi ekspor bahan pembuatan chip pada produsen semikonduktor dan industri teknologi asal Amerika.