Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin esok (17/7/2023) berpotensi menguat dan mengarah ke level Rp14.800 per dolar AS.
Sebelumnya pada Jumat (14/7/2023) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp14.932 atau menguat 34 poin dibandingkan penutupan sebelumnya senilai Rp14.966.
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengungkapkan, penguatan rupiah pada akhir pekan kemarin terdampak rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang melandai.
Dengan demikian, ada kecenderungan Bank Sentral AS alias The Fed, akan menahan ekspektasi suku bunganya.
"Ini karena data inflasi AS yang dirilis dua hari terakhir ini yang menunjukkan penurunan melebihi ekspektasi sehingga ini memperbesar ekspektasi di pasar bahwa Bank Sentral AS akan segera menghentikan kebijakan suku bunga tingginya," ucap Ariston kepada Tribunnews, Sabtu (15/7/2023).
"Indeks dollar AS pun melemah terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah," sambungnya. Dengan demikian, tren positif diprediksi akan terus berlanjut hingga pekan depan.
Bahkan mata uang Garuda berpotensi mampu perkasa ke arah level Rp14.800 per dolar AS. "Tren pelemahan dollar AS kelihatannya bisa berlanjut di awal pekan. Rupiah bisa menguat lagi terhadap dollar AS, masuk ke area Rp14.800 mungkin bisa terjadi," pungkasnya.
Baca juga: Rupiah Berpeluang Melemah Pekan Depan di Level Rp 14.900
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mewanti-wanti nilai tukar rupiah yang beberapa waktu lalu mengalami tren pelemahan.
Hal ini disebabkan sentimen kenaikan suku bunga the Fed yang diprediksi akan terjadi sebanyak 2 kali lagi pada tahun ini. Yakni bakal terjadi pada Juli atau Agustus.
Menurut Destry, AS dan Eropa masih diimbangi dengan tekanan inflasi yang masih tinggi, serta juga adanya pengetatan pasar tenaga kerja.
Baca juga: Rupiah Akhir Pekan Ditutup Meningkat Tipis ke Rp 14.958 Per Dolar AS
"Ini mendorong kemungkinan terjadinya situasi higher for longer, bahkan di AS masih akan ada kenaikan Fed Fund Rate 1 atau 2 kali di Juli dan Agustus," ungkap Destry di Gedung DPR-RI, Senin (10/7/2023).
"Ini akan memberikan dampak terhadap sistem keuangan khususnya terkait nilai tukar. Karena kondisi keuangan di atas dapat menyebabkan tren DXY (indeks dolar AS) yang akan meningkat dan akan beri tekanan ke mata uang lainnya khususnya emerging market, sehingga diperlukan penguatan respon kebijakan untuk memitigasi," sambungnya.