Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri makanan dan minuman (Mamin) masuk dalam pengembangan dan penerapan tranformasi digital peta jalan Making Indonesia 4.0.
Sektor ini didorong untuk dapat mengurangi ketergantungan bahan baku dan diharapkan mampu meningkatkan ekspor.
Berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis oleh Kemenperin, industri Mamin termasuk subsektor yang konsisten berada di level ekspansi.
Baca juga: Ekspor Industri Mamin Indonesia Justru Melejit di Tengah Situasi Panas Geopolitik
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, mengatakan digitalisasi membawa efek positif bagi sektor industri dalam upaya meningkatkan nilai ekspornya.
Sebagai contoh, saat ini terdapat penerapan regulasi EU Regulation on Deforestation di kawasan Uni Eropa yang menuntut para pelaku industri di Indonesia, seperti sektor mamin, untuk menunjukkan bukti sertifikasi dan verifikasi bahwa produknya tidak berdampak pada deforestasi.
"Melalui digitalisasi, kita bisa melakukan traceability terhadap produk-produk kita untuk bisa menembus pasar ekspor. Kami meyakini, industri makanan dan minuman bisa melakukannya dengan baik," tutur Putu dalam acara Kick Off Pendampingan Industri 4.0 Sektor Industri Makanan dan Minuman, Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (18/7/2023).
Upaya digitalisasi ini telah dijalankan oleh pelaku industri pengolahan susu di dalam negeri, mulai dari peternakan, tempat pengumpulan susu, hingga pada proses pengolahan.
Oleh karena itu, Kemenperin menyelenggarakan kegiatan pendampingan industri 4.0 guna semakin mendongkrak kinerja industri mamin nasional.
Kegiatan pendampingan bisa diawali dengan penyiapan SDM industri yang kompeten untuk melakukan percepatan transformasi digital.
"Tahapan ini meliputi sesi yang berisi penyampaian pengetahuan tentang industri 4.0 dan pembelajaran pembuatan pilot project melalui Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)," terang Putu.
Baca juga: Ekspor Industri Mamin Indonesia Justru Melejit di Tengah Situasi Panas Geopolitik
Setelah itu, ada sesi pendalaman yang didampingi oleh tenaga ahli dan instruktur tentang pengetahuan dan penggalian ide implementasi industri 4.0 di perusahaan.
Tingkat berikutnya, proses internalisasi dan presentasi pilot project di depan Board of Director (BOD) yang didampingi oleh tenaga ahli dan asesor.
"Apabila pilot project ini dapat diimplementasikan, maka SDM tersebut akan diberikan fasilitas sertifikasi kompetensi yang diharapkan mampu menjadi agent of change bidang transformasi industri 4.0 di sektor industri makanan dan minuman," jelasnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman, menyampaikan kegiatan pendampingan industri 4.0 ini menunjukkan keseriusan dalam upaya mendukung peningkatan daya saing, khususnya sektor Mamin.
"Kami apresiasi kegiatan ini bukan sekadar seremonial, ini keseriusan kita karena banyak tantangan ke depan, yang butuh penerapan teknologi digital," ungkap Adhi.
Menurut Adhi, pendampingan ini menjadi dasar dalam pengembangan SDM kompeten untuk dapat menerapkan industri 4.0.
"Semoga penerapan digitalisasi ini semakin banyak perusahaan yang dapat merasakan manfaatnya, termasuk sektor industri kecil dan menengah," ucapnya.