Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) kembali mengerek naik target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 5,25 persen—5,5 persen,
Kenaikan suku bunga ini menjadi ke-11 kalinya yang dilakukan The Fed selama setahun terakhir. Sebelum pengetatan moneter di bulan Juli disahkan, Powel dan para anggota The Fed telah lebih dulu memberikan sinyal apabila bank sentral AS akan kembali menaikan suku bunga ke level yang lebih tinggi pada bulan ini.
Kendati sikap hawkish The Fed mendapat respon negatif dari pemain pasar Amerika, Namun hal tersebut tak lantas mengurungkan ambisi The Fed untuk terus mengerek suku bunga acuan agar inflasi bulan Juni turun ke kisaran 2 persen.
Baca juga: The Fed Bakal Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Bps, Investor Global Diminta Bersiap
Selain karena inflasi, sikap hawkish ini diambil The Fed untuk memperketat pasar tenaga kerja AS, lantaran tingkat pengangguran di negeri paman Sam itu telah naik dikisaran level 3,6 persen.
"Inflasi sudah berada dalam tingkat moderat tetapi proses menurunkan inflasi ke 2 persen masih lama," tutur Powell, dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters.
Rencananya untuk menekan lonjakan inflasi karena lonjakan harga minyak dan membuat ekonomi AS berada pada level 'soft landing', Powel dan para pejabat The Fed akan kembali melakukan pengetatan dengan menaikan suku bunga acuan di bulan depan.
“Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan, namun kebijakan ini akan dilakukan secara hati-hati dari meeting ke meeting," tutur Powell.
Pasar minyak dan saham Wall Street jeblok
Pasca The Fed mengetok palu atas keputusan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps, harga minyak mentah dilaporkan turun sekitar satu persen pada di penutupan pasar global, Rabu (26/7/2023).
Dimana minyak mentah Brent berjangka ditutup turun 72 sen AS, atau 0,9 persen, menjadi 82,92 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di level terendah yakni di 78,78 dolar AS usai turun 85 sen AS, atau 1,1 persen.
Baca juga: Indef Proyeksi Suku Bunga The Fed Mentok di 5,5 Persen
Rapor merah juga terjadi pada aktivitas saham di bursa Wall Street, misalnya indeks S&P 500 yang turun 0,71 poin, atau 0,02 persen, ke level 4.566,75; sementara Nasdaq Composite turun 17,27 poin, atau 0,12 persen ke level 14.127,28.
Penurunan serupa juga terjadi pada perdagangan saham Microsoft yang anjlok 3,3 persen, diikuti amblasnya saham indeks NYSE FANG+, yang menaungi banyak nama pertumbuhan megacap, sebesar 0,72 persen.