Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Pasokan minyak dunia terancam menyusut ke level terendah pada tahun 2024. Ancaman tersebut mencuat setelah organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi bersama sekutunya, atau biasa disebut OPEC+ memotong pasokan minyak di sisa tahun ini.
OPEC+ memangkas pasokan minyak mentah setelah sejumlah negara pengekspor sepakat memotong volume ekspor minyak mentahnya ke pasar global menjadi 2,2 juta barel per hari (bpd) pada kuartal ketiga dan 1,2 juta bpd pada kuartal keempat.
Langkah tersebut disahkan Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab,Kuwait Oman, Aljazair, Kazakhstan dan Rusia dengan maksud untuk membantu memulihkan pasokan minyak mentah dalam negeri seperti cadangan minyak Arab Saudi yang telah anjlok 910.000 barel per hari.
“Kami Organisasi Negara Pengekspor Minyak mulai membatasi pasokan dan memperpanjang pembatasan pasokan hingga 2024, untuk menstabilkan cadangan minyak dalam negeri,” jelas juru bicara OPEC+.
Namun tindakan OPEC+ telah memicu ancaman baru, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pemotongan pasokan OPEC+ dapat mengikis persediaan minyak, ditengah lonjakan peningkatan penggunaan minyak dalam pembangkit listrik, dan aktivitas petrokimia Tiongkok yang melonjak.
Apabila ancaman tersebut terus terjadi maka berpotensi mendorong harga minyak dunia dipatok lebih tinggi pada awal tahun 2024.
Seperti Brent yang saat ini telah mengalami kenaikan menjadi di 86,47 dolar AS per barel pada pukul 00.17 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate Crude (WTI) AS naik jasi 82,94 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Merosot 1,5 Persen Lebih di Tengah Kekhawatiran Melemahnya Ekonomi China
“Prospek ekonomi global khususnya di industri manufaktur akan terpukul akibat pembatasan ini, menambah beban pasar global yang lesu akibat terpukul lonjakan suku bunga dan kredit bank yang lebih ketat, ” kata IEA.