Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Utang negara Jerman di tahun 2023 dilaporkan mengalami lonjakan tajam, hingga naik 67 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka tersebut bahkan melesat jauh dari referensi utang terhadap PDB di Uni Eropa (UE) yang hanya dipatok sebesar 60 persen.
"Beban utang kita telah mencapai 66 persen-67 persen dari PDB. Itu mencapai 59 persen sebelum pandemi," kata Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner.
Baca juga: Ratusan Warga Garut Tiba-tiba Punya Utang Fiktif di PT PNM, Begini Kelanjutan Kasusnya
Mengutip dari Al Mayadeen, kontraksi yang melanda perekonomian Jerman muncul buntut dari naiknya harga energi, yang selama beberapa bulan terakhir melonjak lebih cepat dari rata-rata akibat dihantam pandemi covid-19 dan sanksi konflik Rusia – Ukraina.
Jerman dan sejumlah negara di Eropa selama setahun terakhir telah menjatuhkan sanksi embargo untuk menekan pendapatan Rusia, agar militer Putin kesulitan memasok senjata dan alat perang selama invasi berlangsung.
Namun sanksi tersebut justru berbalik menyerang Eropa, pada Desember tahun lalu Rusia resmi melarang pengiriman minyak mentah dan produk olahan minyak ke negara yang memberlakukan pembatasan harga minyak Moskow.
Dekrit ini diterbitkan Putin sebagai tanggapan atas tindakan tidak ramah yang dilakukan negara G7 dan Uni Eropa atas sanksi pembatasan harga minyak Rusia sebesar 60 dolar AS.
Akan tetapi pasca kebijakan ini diebrlakukan harga energi di Jerman melonjak naik, bahkan pada akhir 2022 utang Pemerintah Jerman menembus angka 2,4 triliun euro.
Sementara utang anggaran publik ke sektor non-publik meningkat sebesar 46,1 miliar euro, melonjak sekitar 2 persen bila dibandingkan 2021.
“Sanksi yang seharusnya menjadi pukulan mematikan bagi ekonomi Rusia telah berubah menjadi mimpi buruk bagi Jerman, ekonomi terbesar di Eropa,” jelas Lindner .
Meski ekonomi Jerman telah terperosok kedalam jurang resesi akibat lonjakan harga energi, namun Lindner berjanji akan memulihkan perekonomian negara agar lonjakan utang publik dapat mereda.
“Saya berjanji bahwa tujuan saya adalah membawa kita kembali agar utang turun ke level sebelum krisis 59-60 persen, optimisme ini sejalan dengan pemulihan yang hati-hati dalam konsumsi swasta, jasa dan investasi,” tutup Lindner