Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa investasi yang masif tak akan berarti bila dampaknya tak bisa dirasakan oleh masyarakat.
Hal itu ia sampaikan kepada para pejabat negara-negara ASEAN dalam acara ASEAN Investment Forum 2023 di Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (2/9/2023).
Awalnya, Bahlil memaparkan data yang menyebutkan ASEAN menjadi kawasan kedua di dunia yang paling banyak menerima investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI).
Dalam paparannya, Bahlil mengungkap data yang menyebutkan angka FDI di ASEAN mencapai 224,2 miliar dolar AS, tertinggi sepanjang sejarah.
Namun, kata dia, meski aliran investasi yang sangat masif, tujuannya bukan hanya semata meningkatkan angka, jumlah, atau nominal investasi.
"Tetapi, bagaimana investasi tersebut dapat lebih berperan untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan," kata Bahlil.
"Menurut saya, di negara manapun investasi itu akan menyatakan secara berkualitas dan berdampak sistemik positif apabila rakyat diikutkan dalam merasakan tentang efek positif daripada investasi," lanjutnya.
Ia mengatakan, salah satu pilar penting dari pembangunan berkelanjutan adalah transisi energi. Adapun peningkatan investasi sektor energi terbarukan di ASEAN menunjukkan pertumbuhan positif.
Baca juga: Bos PLN Pastikan Kesiapan Infrastruktur SPKLU Kendaraan Listrik Jelang KTT ASEAN
"Tahun lalu investasi baru energi terbarukan naik dan datanya luar biasa sekali sebesar 240 persen di ASEAN (peningkatan dari 2021 ke 2022, red). Meski demikian, peningkatan investasi tersebut masih perlu terus didorong," kata Bahlil.
Hasil analisis United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menyebutkan bahwa secara total pada 2022, investasi di sektor Energi Terbarukan berjumlah Rp43 miliar.
Baca juga: Menteri Bahlil: ASEAN Merupakan Titik Terang di Tengah Cakrawala yang Gelap
Sehingga kebutuhan investasi ASEAN untuk sektor Energi Terbarukan setiap tahunnya sekitar 180 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Harus meningkat hingga empat kali lipat untuk mencapai target transisi energi ASEAN," ujar Bahlil.
Ia mengatakan, ASEAN memiliki sumber daya alam, tapi kalau tidak cukup FDI masuk untuk mendorong investasi di bidang transisi energi, akan susah untuk kemudian dapat diwujudkan bersama-sama.
Bahlil menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan bukan hanya berkaitan dengan lingkungan.
Namun, harus disertai dengan transformasi ekonomi menyeluruh yang mengangkat derajat kehidupan semua warga.