News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pasar Saham AS Bergerak Volatile Antisipasi Kenaikan Suku Bunga The Fed di Akhir Tahun

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas perdagangan saham di Wall Street. Sejumlah saham di bursa Wall Street terpantau mengalami pergerakan naik turun secara cepat atau volatile, usai Presiden Federal Reserve (The Fed) Bank of Cleveland Loretta Mester memberikan isyarat akan menaikkan suku bunga.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Sejumlah saham di bursa Wall Street terpantau mengalami pergerakan naik turun secara cepat atau volatile, usai Presiden Federal Reserve (The Fed) Bank of Cleveland Loretta Mester memberikan isyarat akan menaikkan suku bunga.

Mester menjelaskan, bank sentral Amerika akan menaikkan suku bunga acuan kel level tertinggi sebanyak satu kali menjelang akhir tahun 2023.

"Apakah Fed Funds Rate perlu naik lebih tinggi dari level saat ini? Untuk berapa lama kebijakan harus tetap ketat akan tergantung pada bagaimana perkembangan ekonomi relatif terhadap prospek?" kata Mester, mengutip dari Bloomberg.

Meski belum ada pernyataan resmi terkait kapan kenaikan suku bunga Amerika akan dilakukan, namun Mester optimis The Fed akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada akhir tahun, kemudian menahannya untuk beberapa waktu.

Prediksi ini diperkuat dengan adanya sinyal dari ketua Dewan Gubernur The Fed, Jerome Powell yang berulang kali mengungkap rencana kenaikan bunga yang tinggi untuk menekan laju inflasi agar dapat turut di bawah target 2 persen.

"Indikator terkini menunjukkan jika aktivitas ekonomi masih solid. Namun agar inflasi turun secara berkelanjutan sesuai target awal, kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika itu diperlukan," tutur Jelas Jerome Powell.

Selain karena inflasi, sikap hawkish ini diambil The Fed untuk memperketat pasar tenaga kerja AS, lantaran tingkat pengangguran di negeri paman Sam itu telah naik dikisaran level 3,6 persen.

Kendati kenaikan suku bunga dapat menstabilkan harga pasar, namun cara ini akan membuat pembiayaan anggaran yang dikeluarkan di masing-masing negara membengkakan, tak hanya itu kenaikan suku bunga juga dapat memicu pelemahan mata uang yang berbahaya bagi keseimbangan ekonomi suatu negara.

Baca juga: Inflasi AS Mulai Pulih, Goldman Sachs Optimistis The Fed Pangkas Suku Bunga di Juni 2024

“Jika suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dapat mempertahankan dolar pada level saat ini, keuntungan perusahaan akan menghadapi hambatan yang nyata,” menurut Lisa Shalett, kepala investasi di Morgan Stanley Wealth Management.

Pasar Saham Bergerak Volatile

Tekanan tersebut yang membuat para investor melakukan wait and see sehingga pasar saham mengalami mengalami pergerakan naik turun secara cepat.

Menurut catatan dari CNBC International, pasar saham S&P 500 naik 0,49 poin atau 0,01 persen ke kisaran 4.288,54. Indeks Komposit Nasdaq juga turut membukukan lonjakan sebanyak 88,45 poin atau 0,67 persen ke level 13.307,77.

Sementara indeks Dow Jones Industrial Average turun 74,08 poin atau 0,22 persen ke 33.433,42 pada perdagangan Selasa (3/10/2023).

Baca juga: The Fed Beri Sinyal Untuk Hentikan Kenaikan Suku Bunga di Tahun 2024

Saham-saham teknologi juga turut mengalami mixed sinyal seperti NVIDIA Corp, Zscaler Inc, Adobe Inc, Microsoft Corp, Apple Inc serta Cisco Systems yang dilaporkan naik ke level aman.

Namun kenaikan ini tak berlaku untuk saham McDonald Corp, Warner Bros serta Kellogg Co yang justru melemah pada perdagangan Selasa pagi.

Respon negatif juga dialami saham Russell 2000 yang mengalami penurunan 1,6 persen, atau terkoreksi 0,3 persen usai The Fed memberikan sinyal kenaikan suku bunga lanjutan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini