Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rencana proyek LRT Bali saat ini masih dalam tahap pre-feasibilty study (pra studi kelayakan) dan belum tentu digarap oleh konsorsium Korea Selatan (Korsel).
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan, konsorsium Korsel memang mereka menjadi pihak yang memprakarsai pra studi kelayakan. Namun, prosesnya masih panjang karena tetap akan ada proses lelang dan sebagainya.
"Itu sebenarnya baru prefeasibility study. Memang konsorsium Korea sedang melakukan, tapi ini proses masih panjang. Nanti tetap akan ada lelang, skema pendanaan. Semua masih dalam pembahasan," katanya ketika ditemui di Kemenparekraf, dikutip pada Selasa (24/10/2023).
"Jadi ini masih pra FS aja sih. Belum berarti Korsel yang memenangkan (proyek ini). Takutnya ini banyak yang masih salah persepsi," lanjutnya.
Adita mengatakan, konsorsium Korsel ini memiliki kans lebih besar memenangkan lelang karena mereka yang memprakarsai pra studi kelayakan.
"Ya itu tergantung karena bukan berarti kemudian langsung otomatis jadi pemenang ya karena tetap akan dilelang dan memang dia sebagai pemrakarsa pra FS ini mempunya kans lebih besar. Tapi tentu harus mengikuti proses selanjutnya," ujarnya.
Untuk target rampungnya pra studi kelayakan ini, Adita berharap Maret 2024 bisa rampung.
"Ya kalau sesuai target sekarang sih harapannya pada sekitar bulan Maret tahun depan. Tapi ya kita tetap siap-siap juga kalau nanti akhirnya jadwalnya agak molor," kata Adita.
Sebelumnya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan studi kelayakan atau feasibility study (FS) LRT Bali, dan ditargetkan selesai akhir tahun ini.
Baca juga: Groundbreaking LRT Bali Awal 2024, Menko Luhut: Ada Investor Asing yang Tertarik
"Sedang disiapkan (feasibility study) mudah-mudahan akhir tahun ini bisa selesai," ucap Suharso saat ditemui dalam acara Kompas100 CEO Forum di Shangri-La Hotel, Jakarta, Senin (23/10/2023).
Nantinya LRT ini akan difokuskan untuk akses menuju bandara. Namun, LRT ini tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Suharso melanjutkan, harga tiket LRT Bali berpotensi tidak terjangkau oleh masyarakat jika pembangunannya dibiayai sepenuhnya dari skema bisnis.
Baca juga: Menteri Suharso: Studi Kelayakan LRT Bali Ditargetkan Rampung Akhir 2023
Pihaknya melihat dalam pembangunan LRT Bali ada beberapa komponen yang akan didanai oleh negara.
"Buat kami di Bappenas, menghitung ada bagian dari barang publik di sana yaitu misalnya right of way itu kalau bisa dibiayai oleh negara, oleh pemerintah," papar Suharso.
"Kalau tidak (dibantu negara), nanti harga tiketnya itu nggak affordable," pungkasnya.