News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konferensi Internasional IBS Kritisi Perubahan Tren Perbankan dan Keuangan di Era Digital

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

International Conference on Banking and Finance (ICBF) yang diselenggarakan secara virtual, Kamis 26 Oktober 2023.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS) menggelar International Conference on Banking and Finance (ICBF) yang pertama dan National Conference on Banking and Finance (NCBF) yang ketiga kalinya secara daring selama dua hari berturut-turut, Kamis dan Jumat (26-27/10/2023).

Ketua STIE-IBS, Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, SH, LL.M mengatakan konferensi ini menyoroti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dan mengubah cara kerja berbagai layanan keuangan dan non-keuangan.

Tema "Revolusi Layanan Keuangan Digital: Tantangan dan Peluang Inklusif Menuju Masyarakat Berkelanjutan" yang diangkat di seminar ini dinilai sangat tepat untuk menggambarkan perkembangan dan inovasi terbaru di sektor jasa keuangan.

Baca juga: Perbankan Ingatkan Nasabah Waspadai Virus Trojan yang Menyamar Sebagai OS di Komputer

Hadir sebagai pembicara Assoc Prof. Dr.Sudaporn Sawmong dari KMITL School Bangkok, Thailand, dan Assoc. Prof. Dr Bogdan Nichifor dari University of Baccau, Rumania, serta diikuti peserta dari luar negeri meliputi yakni Afrika Selatan, India, Maroko, Thailand dan Malaysia.

"Revolusi ini mengubah sistem ekonomi dan keuangan global, termasuk di Indonesia. Perubahan tidak bisa dihindari dan tantangan pun muncul menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan sumber daya alam. Tujuan dari menciptakan masyarakat yang berkelanjutan juga sama pentingnya dengan pesatnya perkembangan dunia transformasi ekonomi. Indonesia Banking School berupaya mengatasi hal tersebut isu krusial ini dalam sebuah wacana akademis dalam bentuk internasional konferensi dan konferensi nasional," katanya.

Menurut Kusumaningtuti, digitalisasi keuangan yang pesat adalah sebuah kebutuhan, dan keuangan tradisional institusi harus meningkatkan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan gelombang baru digital inovasi.

Dengan populasi konsumen digital yang berkembang pesat dan internet yang tinggi penetrasinya, Indonesia siap menjadi salah satu ekonomi digital terbesar di dunia Asia.

"Indonesia kini menjadi rumah bagi lebih dari 100 perusahaan fintech, dan jumlah tersebut terus meningkat. Pertumbuhan investasi dan perusahaan digital, termasuk fintech, memainkan peran penting dalam mendorong digital revolusi," ujarnya.

Dia mengatakan, perusahaan fintech telah mengubah layanan keuangan menjadi mesin untuk mencapai tujuan tersebut pertumbuhan ekonomi dengan membuka akses keuangan dan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi pertumbuhan pesat ekonomi digital melalui inovasi dan interkoneksi jasa keuangan.

"Itu peningkatan ketersediaan platform perbankan terbuka dan penggunaan artifisial yang lebih luas intelijen di seluruh ekosistem jasa keuangan telah mendorong hal ini perkembangan industri fintech."

Dia mengatakan, sektor keuangan saat ini bergerak Menuju Masyarakat Berkelanjutan, yang mengacu pada komunitas berkelanjutan yang menurut Bank Dunia mencakup empat dimensi atau karakteristik.

Dimensi pertama yang menandakan masyarakat yang berkelanjutan adalah masyarakat yang ramah lingkungan. Kedua, Komunitas yang berkelanjutan mempunyai ketahanan terhadap guncangan sosial, ekonomi, dan alam.

Ketiga, Komunitas Berkelanjutan adalah komunitas yang inklusif. Mereka membawa semuanya dimensi masyarakat dan semua kelompok masyarakat, termasuk kelompok marginal dan rentan, ke dalam pasar, layanan, dan pembangunan mereka. Dan akhirnya, Komunitas Berkelanjutan adalah komunitas kompetitif yang dapat tetap produktif dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Selain membahas tantangan dan peluang layanan keuangan digital revolusi, dan dampaknya terhadap sistem keuangan, kelestarian lingkungan dan perekonomian secara global dan di Indonesia, konferensi ini juga mengeksplorasi teknologi keuangan inovatif dan model bisnis yang dapat mempromosikan inklusi keuangan, inklusivitas secara umum untuk mengatasi masalah sosial dan tantangan ekonomi.

"Kami juga ingi mengidentifikasi dan mengatasi risiko yang terkait dengan inovasi keuangan digital dan mengembangkan kerangka peraturan yang dapat menjamin keberlanjutan industri, perlindungan konsumen, mitigasi risiko, dan mendorong persaingan," tandasnya.

Di seminar ini, Assoc. Prof. Dr. Sudaporn Sawmong menjelaskan tentang Finansial Digital dan Keuangan Berkelanjutan. Dia mengarisbawahi pentingnya hal tersebut, bahwa kaitan teknologi dan sustainability merupakan dua faktor utama pencetus ekonomi dan keuangan Thailand.

Sawmong merujuk sustainability sebagai kapasitas suatu perusahaan dengan menginovasikan ruang lingkup dan pengaruh sosial yang positif. Dia menjelaskan bahwa pemerintah Thailand menyerukan ke seluruh intitusi Pendidikan untuk menyampaikan pengetahuan akan properti dan pasar.

"Sustainability bukan hanya tentang kepatuhan dengan seperangkat aturan dan harapan baru. Ini akan menjadi garda depan persaingan keuntungan bagi sektor keuangan ritel dan menjadi pilar pertumbuhan di masa depan," terangnya.

Sedangkan Principal Economist/Deputy Director Bank Indonesia DKI Jakarta Representative Office Muhamad Shiroth menjelaskan performa ekonomi global baru-baru ini, seperti menurunnya ekonomi Cina dan menguatnya ekonomi Amerika Serikat.

Dia membahas perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 tetap sebesar 2,7 persen dengan tren yang menonjol

Dia menyatakan, performa ekonomi di Indonesia masih positif karena permintaan domestik yang masih kuat, berfaktor dari digitalisasi dan inovasi pemuda-pemudi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Jakarta diyakini dapat tumbuh 4,8-5,6 persen di 2022.

"Sektor informasi dan komunikasi di indonesia yang menguat, termasuk dalam cyber security. Hingga akhir dari 2020 lalu, kita meyakini bahwa angka inflasi berada di kurang lebih 1-3 persen," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini