Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM – Usai menggempur jalur Gaza, belakangan serangan rudal yang dilakukan tentara Israel makin meluas hingga masuk ke wilayah Tepi Barat yang dikontrol otoritas resmi Palestina.
Imbas serangan tersebut ratusan warga Palestina yang mengungsi di Kamp Nur Shams ikut terdampak, mayoritas dari mereka bahkan dilaporkan mengalami luka – luka Tak hanya itu dampak dari serangan rudal tersebut juga membuat aktivitas jual beli dan sektor bisnis kota Barat mati total.
“Serangan militer Israel yang terus berlanjut semakin meluas memasuki Tepi Barat yang diduduki otoritas, hingga menyebabkan tiga juta warga di sana dalam keadaan lumpuh dan terhentinya perekonomiannya,” jelas pengumuman yang dirilis otoritas Palestina.
Baca juga: Ribuan Pekerja asal Gaza Hilang, Disebut Ditahan secara Ilegal oleh Israel
Ibrahim al-Kilani, pemilik toko buah dan sayur besar di Beitunia Tepi Barat Palestina menjelaskan usahanya bangkrut pasca Israel meningkatkan eskalasi serangan dari jalur darat, laut, dan udara.
“Penjualan kami turun 50 persen. Kami menghadapi kesulitan besar dalam mengangkut hasil bumi karena akses diblokade sementara harga bahan bakar menjadi mahal,” jelas Kilani.
Kilani bukanlah satu – satunya pemilik toko yang terdampak usahanya, akibat serangan sejumlah warga Tepi Barat aktivitas jual – beli di wilayah di Tepi Barat lumpuh total hingga perekonomian Palestina diperkirakan amblas miliaran dolar AS.
“Kami biasa mengimpor produk senilai hampir 2 miliar dolar AS melalui pelabuhan Asdod di Israel, namun pasca serangan memanas pemerintah Israel menutup semua akses perdagangan kami,” kata Rashad Yousef, kepala kebijakan dan perencanaan di Kementerian Ekonomi Nasional Otoritas Palestina, dikutip dari Al Jazeera
Bahkan dampak dari serangan tersebut, lebih dari 200.000 pekerja Palestina di pemukiman Tepi Barat kini harus kehilangan pekerjaan dan menganggur karena pabrik -pabrik terpaksa menurunkan kapasitas produksinya lantaran tidak dapat mengangkut produknya ke wilayah lain di Tepi Barat.
Mengutip laporan Bank Dunia, ekonomi negara berpopulasi 5,4 juta orang itu diperkirakan akan melemah pada tahun ini. Meskipun perekonomian meningkat sebesar 4 persen pada 2022.
Baca juga: Tentara Israel Ditemani Pasukan Elite Delta Force AS Masuk Gaza, Hamas Sambut Pakai Rudal Kornet
Namun ketegangan di wilayah Palestina dan dampak invasi Rusia ke Ukraina terus menimbulkan risiko penurunan yang signifikan. Dengan total defisit mencapai 493 juta dolar AS pada tahun 2023 atau meningkat 2,5 persen dari tahun sebelumnya.
"Selama lima tahun terakhir, perekonomian Palestina pada dasarnya mengalami stagnasi, dan diperkirakan tidak akan membaik kecuali kebijakan di lapangan diubah," kata Stefan Emblad, Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza.
Lebih lanjut, ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah akibat perang yang dilakukan militan Hamas dengan Israel diprediksi akan berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi pasar global.
Hal tersebut diungkap presiden Bank Dunia (World Bank) Ajay Banga dalam acara perkumpulan yayasan nirlaba Future Investment Initiative (FII) yang digelar di Riyadh.
Kendati dampak konflik Israel dan Palestina tidak separah perang Ukraina-Rusia. Namun karena kedua wilayah tersebut dikenal sebagai tempat penyimpanan kilang minyak terbesar dunia. Oleh karena itu banyak pihak khawatir apabila ketegangan perang antara Hamas dan Israel dapat memicu pemangkasan ekspor BBM di tengah tingginya minat beli masyarakat dunia.
“Sejauh ini, dampaknya sangat kecil. Namun, konflik ini bisa menjadi lebih luas dan berdampak buruk pada sentimen pasar,” jelas Ajay.