Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyampaikan hari ini, Kamis (2/11/2023), 3.500 ton beras impor asal Kamboja dilaporkan sudah masuk wilayah Indonesia, lewat pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
"Targetnya ada 10.000 ton dan hari ini telah datang 3.500 ton. Selanjutnya nanti kita akan bicara lagi dengan pihak Kamboja,"ujar Arief dalam keterangannya, Kamis (2/11/2023).
Arief menerangkan, hari ini merupakan pertama kalinya Kamboja mengirimkan berasnya setelah adanya MoU sejak 11 tahun yang lalu.
Baca juga: Karena El Nino Bikin Produksi Beras Turun, Pabrik Penggilingan Padi Turun 40 Persen
"11 tahun tidak ada yang bisa mengeksekusi Mou itu dan tidak satu butir pun beras masuk. Nyatanya ini bisa kita kerjakan dan akhirnya terjadi hari ini. Sekarang beras dari Kamboja ini bisa masuk dan berasnya sangat baik," tambahnya.
Ia menegaskan, beras impor asal Kamboja itu akan mengisi cadangan pangan pemerintah (CPP).
"Jadi ini adalah bagian dari CPP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog," tutur Arief.
Arief berujar, Presiden Joko Widodo telah meminta bantuan pangan beras untuk masyarakat terus dilanjutkan dan stok beras di Bulog akhir tahun nanti minimal ada 1 juta ton.
"Tentunya nomor satu ketersediaan pangan Indonesia harus mengutamakan produksi dalam negeri. Namun saat Badan Pangan Nasional melihat dan mengkalkulasi neraca pangan tahun ini, memang kita memerlukan pengadaan dari luar negeri, itu harus kita lakukan," kata Arief.
Saat ini, Pemerintah tengah membangun ekosistem pangan nasional. Daerah-daerah sentra produksi akan dipastikan produksinya oleh Kementerian Pertanian mulai dari penyiapan benih, fertilizer, irigasi, reservoir, dan sebagainya.
Terdapat total 140 kontainer yang muatannya berisikan beras 25 ton per kontainernya. Jumlah keseluruhannya mencapai 3.500 ton dan telah diambil sampel pengecekan oleh Badan Karantina Indonesia guna memastikan aspek keamanan dan mutu pangannya.
Arief mengatakan, kedatangan stok beras dari luar negeri merupakan langkah pemerintah yang telah dipertimbangkan secara seksama dan komprehensif. Ia memastikan penggunaannya hanya diperuntukan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.
"Kita tidak semata-mata hanya mengimpor saja dari Kamboja dan menjadi net importir, tidak seperti itu. Potensi ekspor pupuk dari ke Kamboja melalui BUMN Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) juga besar. Ada sebanyak 490 ribu ton untuk ekspor ke Kamboja yang saat ini bisa disiapkan. Angka ini tentunya setelah mengamankan kebutuhan pupuk nasional termasuk buffer-nya. Jadi kita beli beras, pada saat yang sama kita jual pupuk untuk membantu produksi pangan dunia." ungkap Arief.