News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tajir Melintir Para Bankir, Bonus dan Tantiemnya yang Bikin 'Ngiler'

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi uang dolar AS. Gaji dan bonus bankir yang bikin tajir

Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa saat ini OJK hanya melihat ke layak atau tidak layaknya gaji bankir di setiap bank. Misalnya, jika memang kinerja bank tersebut dalam keadaan baik-baik saja, tentu itu tak terlalu bermasalah.

Sebaliknya, jika ada bank yang sejatinya kinerjanya turun, tagihannya banyak, namun bank masih memberikan gaji atau bonus tinggi ke bankir, itu yang dianggap tidak layak.

“Itu namanya ngaco dan dalam konteks pengawasan bisa diingatkan bahwa ini tidak proper,” ujar Dian.

Sayangnya, Dian bilang saat ini tidak memiliki data apakah ada bank yang dianggap tidak layak memberikan besaran gaji ke para bankirnya. Namun, ia memastikan bakal terus melakukan pengawasan terhadap kinerja keuangan bank yang memang fluktuatif.

Tanggapan Pengamat

Sementara Pengamat Pasar Modal dan Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Budi Frensidy menilai, kenaikan tantiem di sektor perbankan cukup tinggi karena dikaitkan dengan kinerja perbankan.

"Kasus yang terjadi di industri otomotif di AS, seluruh karyawan pabrik otomotif besar mogok total menuntut kenaikan upah yang tinggi karena perusahaan mendaptkan untung besar tetapi segelintir orang yang mendapatkan kompensasi yang luar biasa. Kesenjangan ini yang suatu saat bisa meletup juga di Indonesia," kata Budi kepada kontan.co.id, Kamis (2/11).

Oleh karena itu, kata Budi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai melihat situasi yang kurang sehat ini sehingga mulai berencana melakukan batas kompensasi bankir agar tidak palung tinggi sendirian dibandingkan industri.

"Ini baik agar peminjam, penyimpan, dan karyawan mendapatkan taraf yang setara posisinya," ucapnya.

Sementara Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah meilhat, sebenarnya kinerja bank-bank besar tersebut bukan sepenuhnya hasil kerja keras dan inovasi pengelola bank.
Menurutnya, siapapun pengelola bank besar, tanpa melakukan banyak inovasi pun sepanjang tidak melakukan kesalahan, laba bank akan tumbuh tinggi.

Bank-bank yang memiliki CASA tinggi, yang artinya memiliki cost of fund super rendah secara sistem akan mendapat laba besar. Karena adanya instrumen SBN dan instrumen moneter yang menawarkan return sangat tinggi dan NIM perbankan yang besar.

"Oleh karena itu menurut saya, pengelola bank tidak selayaknya mendapatkan kenaikan tantiem besar, kinerja bank bukan sepenuhnya kinerja mereka," ujar Piter.

Di sisi lain, Piter menyebut tantiem para bankir tidak perlu diregulasi oleh regulator, karena itu merupakan kewenangannya pemilik bank.

Regulasi lebih baik ditekankan kepada pengelolaan bank yang berhati-hati, artinya mencegah bank merugi. "Kalau bank untung dan sudah mematuhi semua regulasi maka untung nya bank adalah hak pemilik bank," katanya. (Kontan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini