TRIBUNNEWS.COM - Indonesia memang dikenal akan kekayaan alamnya yang unik. Dari Sabang sampai Merauke, masih banyak penduduknya yang hidup berdampingan langsung dengan alam. Hal ini terutama dapat ditemukan ketika Anda singgah di sekitar Kalimantan Selatan (Kalsel), yang sebagian besar wilayahnya merupakan rawa dan perairan.
Maka itu, tak heran kalau masyarakat asli Kalsel banyak melakukan kegiatan di atas air, mulai dari Pasar Terapung Lok Baintan, ternak kerbau di atas air di Danau Panggang, hingga merawat lahan purun di daerah rawa. Uniknya, dari tanaman purun, penduduk Kalsel bisa memanfaatkannya menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi hingga mengejar pasar dunia.
Potensi pertanian purun yang begitu besar ini disadari oleh Noor Halimah, seorang pemuda asal Desa Haur Gading di Kalimantan Selatan. Bersama sang Kakak, ia mencoba memanfaatkan purun untuk menjadi sebuah kerajinan tangan yang lebih fungsional dan bisa berdaya saing di pasar global.
“Awal pandemi Covid-19 di tahun 2020 membuat saya dan kakak saya dirumahkan. Karena tidak ada kegiatan, kami mendapat ide untuk membuat produk anyaman yang tadinya hanya tersedia dalam bentuk tikar dan bakul, menjadi produk yang lebih bermanfaat,” cerita Noor.
“Saat itu, harga anyaman tikar dan bakul tidak menutup kebutuhan rumah. Pada akhirnya kami berinisiatif, kenapa tidak membuat produk yang fungsional dan bisa dijual secara online? Sejak itu, lahirlah nama brand lokal Purunque pada 2022,” tambah Noor.
Berani berinovasi untuk banggakan desa
Dengan hasil panen purun yang berlimpah, kerajinan tangan dalam bentuk anyaman purun telah menjadi kebanggaan utama dari Desa Haur Gading yang terletak di Kecamatan Batang Alai Utara, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan.
Diketahui, purun adalah tumbuhan sejenis pandan yang hanya bisa tumbuh di rawa atau lahan gambut. Uniknya, sebelum sampai pada proses dianyam, tanaman yang memiliki helaian batang dan memiliki tekstur yang keras ini harus ditumbuk terlebih dahulu.
Inovasi produk-produk lokal di Desa Haur Gading tersebut bermula ketika Noor, yang melihat bahan dasar purun yang lentur, kuat, dan tahan lama, mencoba untuk melakukan riset dan mencari tahu apakah ada peluang yang bisa didapatkan dengan memanfaatkan tanaman ini.
“Saya melakukan riset dan melihat bahwa ada peluang untuk purun bisa dikembangkan menjadi produk lain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini. Apalagi belakangan produk natural sedang naik daun, di mana konsumen lebih memilih produk dengan bahan yang bisa terurai secara alami. Jadi, Purunque membuat inovasi produk berupa tas, dompet, dan totebag, serta produk terbaru adalah tas laptop,” ujar Noor.
Meski berasal dari tanaman liar, tetapi inovasi Purunque berhasil memberdayakan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat terutama perempuan di Desa Haur Gading. Bahkan, Noor bercerita, Purunque sukses memberdayakan empat RT yang berada di desa tersebut. Selain itu, ada 25 orang yang tergabung ke dalam kelompok.
“Pada awalnya memberdayakan warga desa untuk membuat inovasi baru itu cukup sulit. Karena warga terbiasa purun itu diolah hanya menjadi tikar, hal ini membuat mereka harus keluar dari zona nyaman. Lalu, saya mengumpulkan warga sekitar dan mendatangkan ahli untuk melatih, serta meningkatkan skill untuk bisa menganyam berbagai macam produk. Alhamdulillah, jadilah Purunque seperti sekarang ini dan berhasil mengekspor hingga ke Dubai dan Jerman,” ucap Noor.
Hasil kerajinan tangan Desa Haur Gading pun terus berkembang pesat berkat kerja sama antara masyarakat setempat, Purunque, dan kehadiran Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang mendukung berjalannya usaha lewat berbagai bantuan, mulai dari modal, pendampingan usaha, hingga pemberdayaan pengrajin setempat.
Sejak 2022, lanjut Noor, Purunque telah menggunakan rekening BRI untuk kepentingan kelompok juga BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Apalagi, menurutnya, aplikasi BRImo saat ini juga membantu untuk melakukan transaksi di mana saja dan bisa langsung membayar para pengrajin.
“Selain itu, kami juga mengedukasi pengrajin untuk bisa menabung di Tabungan BRI Simpedes agar hasil kerjanya bisa terlihat. Lewat BRI ini juga Purunque mendapatkan kesempatan untuk mengikuti BRILIANPRENEUR 2022, mendapatkan pelatihan online dan mengirimkan produk untuk dipamerkan di program showcase di Jakarta,” kata Noor.
Kisah Purunque bersama Desa Haur Gading hingga bisa mengekspor ke luar negeri tentunya dapat menginspirasi banyak orang untuk turut berinovasi.
Penasaran tentang kisah lengkap dari kolaborasi dan inovasi mereka? Temukan cerita lengkapnya lewat Petualangan BRILiaN The Series 3 Episode 3: Meningkatkan Nilai, Memanfaatkan Sumberdaya lokal, yang tayang di kanal YouTube Kompas TV pada link berikut ini.